36

24K 972 2
                                    

Semua sudah usai, kisah kita sudah bertemu pada titik akhir.

Ayana Azusenna.

●●●●●●

Ayana tidak memiliki semangat untuk hidup. Rasanya Tuhan sudah menghilangkan gairah kehidupan di dalam dirinya.

Ayana tahu dia bersalah, Ayana juga paham kenapa semua ini terjadi di dalam rumah tangganya.

Tuhan sepertinya sedang menunjukan kekuasaannya, bahwa yang menyakiti akan tersakiti pada waktunya.

Tapi Ayana berharap Tuhan masih mengasianin dirinya sehingga dia dan Azka masih bisa bersama meskipun kesempatan itu sangat kecil.

Ayana menatap langit-langit kamar, segala perilakunya terhadap Azka dengan sangat jelas masuk ke dalam kepalanya. Ayana mengingat semuanya, semua. Di saat Ayana membohongin Azka dengan mengatakan akan pergi ke rumah Jasmine padahal dirinya pergi nonton bersama Dimas, Ayana memberikan bekal yang disiapin Azka untuknya kepada Dimas, Ayana mengkhianatin Azka, bahkan Dimas sudah melakukan hal yang belum pernah dilakukan Azka kepadanya. Ayana menyesal, sungguh.

Namun Ayana sadar bahwa penyesalannya tidak akan mengubah apapun.

"Ini kan yang lo mau, Na? Lo dari dulu ingin pisah sama mas Azka. Lo ingin hidup bebas dan melakukan apapun yang lo mau." Ayana menatap penampilan dirinya di cermin. Dadanya bergemuruh hebat seiring dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya. "Sekarang mas Azka udah mewujudkan keinginan lo, jadi seharusnya lo bahagia bukan sedih," monolog Ayana.

Ayana tidak bisa berpura-pura, sekuat apapun Ayana mencoba dia tetap gagal. Ayana terluka, dan luka itu semakin dalam karena Ayana takut... dia takut menerima kenyataan bahwa suaminya, ah tidak! Maksudnya Azka akan kembali pada Aluna.

Ayana tidak rela.
Ayana tidak sanggup.

"Na..."

Panggilan dari balik pintu membuat Ayana menautkan kedua alisnya. Itu suara Azka, untuk apa laki-laki itu memanggilnya setelah tadi malam dia baru saja mengatakan hal yang sangat Ayana benci.

Meskipun ragu tapi Ayana tetap memutar kunci, membuka pintu.

"Aku mau berangkat ke rumah sakit, aku minta maaf karena gak sempat untuk bikin sarapan buat kita," ujar Azka dengan rasa bersalah.

Ayana mengangguk mengerti. "Gak pa-pa. Aku juga mau langsung ke kampus."

"Kamu yakin mau kuliah hari ini?" tanya Azka memperhatikan Ayana yang sebenarnya sangat butuh istirahat.

"Yakin," jawab Ayana. "Aku fine, mas Azka gak perlu takut, lagi pula sebentar lagi aku bukan istri mas Azka, jadi gak ada yang perlu mas Azka khawatirin sekarang."

Azka tercekat sekaligus tertegun mendengar perkataan Ayana. Cowo itu tidak mengatakan apapun, tapi sorot matanya jelas menunjukan sebuah kekecewaan, seolah bukan kalimat seperti itu yang ingin Azka dengar dari Ayana.

"Kapan mas Azka akan mengurus surat perceraian kita?"

●●●●●●●

Iqbal menatap cemas Jasmine, cowo itu sudah tiba di rumahnya satu jam yang lalu. Iqbal tadi malam memberi pesan pada Jasmine bahwa cowo itu akan mengantar Jasmine pergi ke kampus.

"Wajah kamu keliatan pucat, kamu sakit?"

Jasmine terkesiap. Gadis itu menggeleng.

"Heii," panggil Iqbal menyentuh pundak Jasmine. "Kamu lagi ada masalah, mau cerita?"

PRICKLY FLOWER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang