Bahkan semesta pun tidak mengijinkan aku untuk bahagia.
Ayana Azusenna.
●●●●●
Azka memberhentikan mobilnya di sebuah gudang kosong yang tampak sunyi dan tidak terurus. Netranya mencarik satu sosok yang menjadi alasannya untuk datang ke sini.
Azka berjalan memasuki gudang yang penuh debu dan banyak barang-barang yang sudah rusak. Gudang ini seperti tempat penyimpanan barang-barang bekas yang Azka tidak tahu apa.
"Kaa..."
Suara rintihan itu membuat Azka menegang, dia menelusuri setiap ruangan. Mencari asal suara tersebut.
"Lun!"
"Aluna, kamu dimana?"
"Ka, itu kamu? Aku di sini, Ka. Di ruangan yang pintunya warna hitam."
Azka langsung menoleh ke belakang, kanan dan kiri. Mencari satu pintu yang warnanya paling beda dari pintu-pintu yang lain. Hanya ada satu pintu berwarna hitam yang tertelak di sudut ruangan, sementara pintu lainnya berwarna cokelat.
Saat Azka membuka knop pintu tersebut kedua matanya melebar sempurna saat melihat keadaan Aluna yang jauh dari kata baik. Pakaian Aluna sudah tidak menyatu, banyak bagian baju dan roknya yang sudah robek. Seperti seseorang yang baru selesai dilecehkan.
Azka langsung berlutut dihadapan Aluna, dan Aluna tanpa ragu langsung memeluk erat tubuh tegap Azka. Aluna menyembunyikan wajahnya di leher Azka.
"Kaa, aku takut. Aa-aku takut," lirih Aluna semakin terisak.
Azka mengelus lembut punggung Aluna, cowo itu berulang kali menyuruh Aluna untuk tenang.
"Kita pulang sekarang ya, kamu gak perlu takut lagi. Ada aku," ujar Azka menekan kalimat terakhirnya.
Azka membuka jaketnya, membalut Aluna dengan jaket army miliknya.
Azka tidak paham kenapa Aluna bisa berakhir di tempat seperti ini dengan keadaan yang sulit untuk dimengerti. Wajah perempuan cantik itu tampak lebam dan penuh luka.
"Ayo, kamu bisa jalan?" tanya Azka lembut.
Aluna menggeleng, tangannya masih berada pada leher Azka.
Azka merutuki dirinya sendiri. Dia tidak ingin melakukan ini apalagi Azka sudah menikah, tapi saat ini Aluna benar-benar membutuhkan pertolongan darinya.
"Saya gendong kamu ya," izin Azka.
Aluna menyandarkan kepalanya di dada bidang Azka. Darah Azka berdesir hebat, tubuhnya meremang karena sentuhan yang diberikan Aluna.
"Kita keluar dari sini sekarang."
●●●●●●
Ayana terbangun karena merasa tidak ada seseorang di sebelahnya. Perempuan itu lantas membuka matanya dan menoleh ke samping, mencari sosok Azka yang tidak ada di tempatnya.
Ayana mengernyit, dia mendudukan dirinya. Menatap pintu kamar mandi yang tertutup dengan lampu yang tidak menyala, itu artinya Azka sedang tidak berada di sana.
Ayana memilih keluar dari kamar. Tadinya dia sempat berpikir bahwa mungkin Azka sedang ada di dapur untuk minum, atau di ruang kerjanya namun Ayana juga tidak menemukan Azka diseluruh ruangan yang ada di dalam rumah.
Kemana suaminya itu pergi, Ayana bingung.
Ayana memilih untuk duduk di sofa, dia terus menatap jam yang ada di dekat televisi. Azka belum juga kembali padahal sebentar lagi sudah subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRICKLY FLOWER (END)
Teen FictionAzka Watson, seorang Dokter berusia 28 tahun yang dijodohkan dengan Ayana Azusenna, seorang mahasiswi berusia 20 tahun. "Boleh saya minta hak saya sebagai seorang suami? Tolong cium saya, peluk saya dan katakan kalau kamu tidak menyesal menikah deng...