10. Waktu

274 23 17
                                    

- Please Vote and Comment -

~ Happy Reading ~

"Wah keren~" kagum Sinb saat melihat lingkungan itu dihiasi dengan lampu berwarna-warni.

"Ayok! Kita harus cepat, sebentar lagi larut malam!"

Moonbin menyeret teman—sahabatnya itu berlari kearah kerumunan di ujung sana.

Mereka berdua sudah sepakat untuk pergi ke pasar malam pada hari ini. Sekalian untuk bermalam minggu.

"Kita kesitu, yuk!" ajak Moonbin menunjuk salah satu permainan disana.

"Ayuk!!" jawab Sinb semangat.

Dua manusia itu kini sedang bermain bebek-bebekan di pinggir pasar malam. Keduanya terlihat sangat menikmatinya.

"Wah seru, ya~" ucap Sinb, tangannya masih bermain dengan bebek kuning itu.

Mereka berdua mengasuh bebeknya tanpa kasih sayang, buktinya mereka tega menenggelamkan para bebek dan ditindih oleh batu. Beruntung itu adalah batu mainan.

Bahkan Abang mainan bebek itu sudah menasihati mereka kalau bebek harus dijaga dengan baik.

Tetapi mereka berdua tetap saja tidak mendengarkan. Bahkan mereka berdua tega melempar beberapa bebek keluar dari kolam.

"Kalian itu, ya!!" Abang mainan itu sudah geram dengan kedua manusia ini.

"Sudah saya bilang jaga para bebek ini dengan baik. Tapi kalian malah melemparnya, keterlaluan!!" lanjutnya sambil memeluk bebek kuning itu dramatis.

Sinb dan Moonbin melangkah mundur perlahan. Saling menggenggam tangan erat untuk bersama melarikan diri.

"Kaburrrrrrr~" teriak mereka lalu terbirit pergi dari sana.

"Awas ya kalian kalau ketemu lagi, saya tumbuk kalian satu persatu!!" ancam Abang mainan bebek.

Mengatur napas perlahan, keduanya mencari tempat duduk untuk beristirahat. Sungguh melelahkan berlari kencang seperti tadi.

Sinb menepuk keras lengan Moonbin, "Ish! Ini semua karena kamu!"

"Lho? Kenapa aku?" kata Moonbin tidak mengalah.

Sinb menelan salivanya susah payah sebelum berbicara, "Iyalah! Harusnya kita tidak bermain bebek itu, tadi~"

"Sudahlah, kita main yang lain saja."

Keduanya melanjutkan bermalam minggu di pasar malam itu. Sebenarnya sekarang sudah hampir larut malam, tetapi mereka tidak menghiraukannya.

.
.
.

Eunha sedang bermain dengan ponsel kesayangannya sambil menunggu minuman pesanannya tiba.

Malam ini, Eunha yang pusing dengan tugas kuliah, memutuskan untuk pergi ke cafe untuk bersantai.

Disisi lain, ada salah satu pelayan yang akan mengantarkan pesanan kopi ke meja Eunha.

"Mbak!"

Seseorang menahan dari belakang, ia menampakkan senyum licik.

"Ada apa, mbak?" tanyanya.

"Itu pesanan untuk meja sana, 'kan? Biar saya yang antar. Kebetulan saya teman dekatnya,.." kata orang itu, kedua tangannya terulur mengambil nampan berisi kopi itu.

"Baik, mbak.."

Setelah menerimanya, orang itu kini berjalan menuju meja Eunha. Dengan senyum miring ia meletakkan kopi itu.

"Terima kasih~" ucap Eunha tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

Menyesap kopi itu sambil terus bermain dengan ponselnya. Gadis itu belum menyadari sesuatu.

Setelah beberapa menit, gadis itu merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Mengapa kepalanya terasa sakit? Perutnya juga terasa mual secara tiba-tiba.

Eunha mengerjap beberapa kali untuk memastikan. Tapi tetap saja, saat ini tubuhnya seperti sedang tidak bisa dikendalikan.

Rasa mual yang begitu hebat menyerangnya, ia seperti ingin muntah. Kepalanya juga terasa sakit dan berdenyut.

"Rasakan, itu Kim Eunha~" ucapnya lalu tersenyum miring.

.
.
.

"Akhh~ Perlahan Umji yya~"

Mendengar itu kemudian dengan sengaja Umji menekan kapas itu lebih kencang di luka pada wajahnya.

"AKHH!!! UMJI YYA!!" jeritnya karena kesakitan.

Gadis itu menyengir tak berdosa, kemudian ia dengan telaten membersihkan luka itu lagi.

Menutup kotak obat itu, Umji beranjak kemudian meletakkan kotak obat kembali ke tempatnya.

"Aduh, sakit~" lirihnya memegang luka yang sudah dibalut itu.

"Eoh? Yerin ah, kau kenapa? Kenapa wajahmu luka seperti ini, hah?!"

Sowon datang menghampiri setelah ia keluar dari kamarnya. Gadis itu terkejut saat melihat adiknya mendapat luka seperti ini.

Yerin menepis tangan Sowon, "Jangan dipegang, sakit.."

"M-maaf, tapi kenapa bisa seperti ini?" tanya Sowon sekali lagi.

Umji kembali dengan membawa segelas teh hangat setelah meletakkan kotak obat itu. Bungsu Kim memberikan gelas berisi teh hangat itu kepada Sang kakak.

"Yerin ah, apa yang terjadi? Tolong beritahu aku, aku khawatir padamu~" mohon Sowon.

"Tadi Yerin eonnie datang dengan kondisi yang sudah luka-luka seperti ini, eonnie. Dan akhirnya aku obati lukanya,.." jelas Umji.

Sowon mengangguk paham, ia kembali menatap Yerin iba. Di dalam pikirannya tentu ia bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya.

"Aku pulang~"

Itu adalah suara dari Yuju yang baru saja menginjakan kaki pada rumah ini lagi setelah mengikuti les balet.

Tentu saja Yuju juga terkejut melihat Yerin yang penuh luka itu, ditambah disana juga ada Sowon dan Umji.

"Apa yang terjadi?" tanya Yuju bingung.

Sowon mengerutkan dahinya, "Kau habis darimana, Yuju yya?"

Kedua matanya membulat, menelan salivanya dengan susah payah, Yuju tidak tahu harus menjawab apa.

"Jawab Eonnie, Kim Yuju! Eonnie tidak suka kau pulang malam-malam seperti ini."

Yuju menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Hehe~ Aku ... habis kerja kelompok! Iya, kerja kelompok!"

"Ben–"

Derap langkah itu terdengar cepat memasuki rumah. Seorang gadis dengan napas tersengal-sengal datang.

"GAWAT!!!"

Ketiganya menoleh kepada gadis itu, "Kenapa? Apa yang gawat?" tanya ketiganya kompak.

Jemarinya menunjuk-nunjuk ke arah luar, "Eunha, eo-eonnie di rumah sakit!"

"Eunha?!"

"Kenapa memangnya dia bisa di rumah sakit?"

"Bagaimana ceritanya?"

"Tidak ada waktu untuk bertanya itu semua! Kita harus cepat ke rumah sakit!!"

Sinb berlari lebih dulu keluar rumah, diikuti oleh yang lainnya juga berlari menuju mobil.

Mereka sangat ketakutan dan terus berharap yang terbaik untuk Eunha yang sedang ditangani di rumah sakit.







Waktu





Senin, 11 April 2022
Kamar yang nyaman

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang