Epilog

308 26 6
                                    

- Please Vote and Comment -



~ Happy Reading ~




Gadis itu terduduk di pojok ruangan yang tampak sudah sangat tak terurus. Gadis itu sesekali tertawa pelan padahal dirinya tengah sendirian, dengan tatapan kosongnya.

Kim Umji menarik napas lalu menghembuskannya kasar. Pandangannya beralih pada jendela yang menampilkan pemandangan indah di luar sana. Tapi Umji sama sekali tak tertarik akan hal itu.

Kim Umji sendirian.

Tidak ada siapa-siapa.

Hanya dirinya.

Sekarang ini Umji sudah putus  sekolah, tidak hanya dikarenakan dirinya yang sudah tidak normal lagi dan ditambah dengan biaya sekolah yang cukup mahal. Dan Umji tak sanggup membayar itu.

Derap langkah terdengar, Umji melirik ke arah pintu cokelat yang masih tertutup rapat. Ia tahu kalau langkah itu dimiliki oleh Kim Woobin, ayahnya.

"Umji yya, jangan khawatir, ada kami yang akan siap melindungimu."

"Tetap tenang Umji yya."

"Kim Umji dengar Eonnie, kau harus tetap di belakang kami. Kami akan menjagamu dari kemarahan ayah."

"Baiklah Kim Umji. Sekarang kau harus bangkit, jangan terus kalah dari lelaki aneh itu."

"Ayolah, Kim Umji! Jangan lemah!"

Kata-kata itu dapat Umji dengar walaupun sedikit samar. Dan kata-kata itu lah yang selalu membuat Umji bangkit dari rasa kesendiriannya.

Kedua kaki itu tampak berusaha untuk mempertahankan keseimbangan. Umji memejamkan matanya sesaat sebelum pintu berwarna cokelat itu terbuka lebar dengan kasar dan menampakkan seorang pria dengan tongkat panjang.

"Hai Umji, Sayang~" sapanya.

Satu sudut bibirnya tertarik, "Hai juga Ayah. Ada apa? Apa Ayah belum puas selalu menyakiti aku selama ini? Lihatlah, aku bahkan hampir mati karena semua siksaan yang kau berikan!"

Woobin mendekat, mengangkat tongkat panjang itu ke udara, siap melayangkan pukulan lagi pada tubuh Umji. Bahkan dapat mengenai kepala bungsu Kim itu.

Aarrrrgggghhhh!!!

Woobin memekik seperti tengah kesakitan, pria Kim itu melemah dan jatuh ke lantai dengan posisi berlutut. Memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Seluruh tubuhnya juga merasakan sakit itu.

Pandangannya perlahan memburam namun berikutnya menjadi jelas kembali. Woobin juga menjatuhkan tongkat panjang itu karena rasa sakit yang tak tertahankan.

'Kalau kau ingin keluar, ya keluar saja dasar sialan!'

'Tidak, kau harus membunuh anak itu dulu. Baru aku akan pergi dari tubuhmu.'

Arrrrgghhhhh!!!!!

Sakithhhh!!!

Woobin terdiam, kepalanya perlahan mendongak dengan senyum miring yang mengerikan. Woobin kembali mengambil tongkat itu, tubuhnya perlahan bangkit. Umji dapat melihat kilat amarah di bola mata sang ayah.

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang