- Please Vote and Comment -
~ Happy Reading ~
Umji refleks menutup mulutnya dengan telapak tangan. Betapa terkejutnya gadis itu ketika dirinya dengan sang ayah yang berhasil melompat dari lantai atas ke lantai bawah sebelum lantai dan atap itu runtuh.
Napas Umji sudah tidak beraturan karena melompat tadi, begitu juga dengan Dong Wook. Pria Shin menoleh ke arah putrinya, detik berikutnya ia menarik tubuh Umji ke dalam dekapan. "Kau baik-baik saja, Sayang?" tanyanya.
Dong Wook dapat merasakan anggukan kepala Umji yang sedang berada di dalam dekapannya, "Aku baik-baik saja, Pa. Papa bagimana?Apa ada yang terluka?"
Dong Wook melepaskan dekapannya. Kepalanya menggeleng pelan, yang bermaksud kalau dirinya baik-baik saja. Yang harus mereka lakukan saat ini adalah keluar dari rumah yang sedang mereka pijak sekarang ini.
"Kita ... keluar dari sini, Pa?" tanya Umji sendu. Dong Wook menganggukan kelapanya, pria itu kemudian menggenggam tangan Umji. "Tunggu sebentar, Pa,"
"Kau mau apa, Sayang? Umji, kita harus segera keluar dari sini." ucap Dong Wook saat melihat putri sulungnya tengah mencari sesuatu di lantai.
"Ketemu!" seru Umji senang. Gadis itu dengan segera memasukan satu lembar foto keluarga mereka ke dalam saku celana. "Ayo, Pa!"
Dong Wook tersenyum, tangannya terulur yang kemudian dibalas oleh tangan sang anak. Keduanya berpegangan erat sebelum akhirnya melangkah keluar dari rumah itu.
"Cepat masuk!"
"Baik, Pa,"
Umji tersenyum pada Dong Wook sebelum ayah-nya itu masuk ke dalam mobil itu. Kepalanya menunduk, Umji membuka telapak tangannya yang telah berlumuran oleh darah. Luka lain juga terdapat pada lengannya, luka gores yang cukup panjang terdapat di sana. Sehingga darah keluar juga.
Walau harus merasakan sakit, Umji tetap berusaha mengusap luka itu agar darah yang mengalir dapat hilang. Walau tidak diobati juga, tapi setidaknya Dong Wook tidak akan melihat luka yang dialaminya itu.
.
.
.
"Kau tidak apa-apa, Sayang? Apa ada yang sakit? Apa kau terluka? Katakan pada Mama, Sayang,"
Umji tersenyum tipis ketika tubuhnya yang diputar-putar ditambah Minah yang tampak sangat cemas dengan dirinya. "Aku baik-baik saja, Ma. Tidak perlu khawatir seperti itu,.." ucapnya kemudian.
Wanita itu memberhentikan pergerakannya, ia menatap manik mata Umji lamat. Detik berikutnya ia menepuk satu bahu Umji sedikit keras, hingga membuat sang empu mengaduh kesakitan.
Tangan Umji yang terluka itu spontan saja terangkat dan langsung menampilkan luka serta darah yang terdapat di sana. Minah membulatkan kedua matanya, wanita itu bergegas mengambil kotak obat.
"Kau ini, sudah Mama bilang jangan macam-macam! Belakangan ini kau sangat nakal, ya! Lihatlah akibatnya ... Apa kau masih ingin terluka seperti ini, hmm? Bagaimana kalau lukanya lebih parah? Mama tidak mau kehilangan anak Mama lagi,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu - Gfriend [✔]
FanfictionSowon, Yerin, Eunha, Yuju, Sinb, Umji, dan Waktu mereka. Waktu itu adalah sesuatu yang paling berharga bagi mereka yang menghargainya. Dan akan menjadi sesuatu yang paling menyebalkan bagi mereka yang tidak menghargainya. Selamat Membaca ❤ [13-04...