44. Waktu

188 26 2
                                    

- Please Vote and Comment -




~ Happy Reading ~



Minah masih berusaha untuk tidak bergerak dari tempatnya. Ia tentu tidak ingin mantan suami dan anak-anaknya melihat dirinya disini. "M-maaf.. Kalian salah orang." ucapnya kemudian melangkah.

Melihat itu, Woobin segera melangkah di belakang Minah. Pria Kim sangat yakin kalau itu adalah istrinya yang pernah ia kira sudah tiada. "Shin Minah tunggu!"

Sowon, Yuju dan Sinb saling bertukar pandang. Ketiga gadis itu kemudian mengikuti Woobin yang tengah mengejar Minah.

Sampailah mereka di luar gedung rumah sakit. Minah tidak akan membawa mereka ke ruang rawat suaminya, ia tidak mau semuanya terbongkar begitu cepat.

Tubuh Minah masih membelakangi mereka semua, wanita itu belum berbalik atau bahkan menunjukkan wajahnya.

"Minah yya, ini aku suami mu," ucap Woobin. Tanpa sepengetahuan pria Kim, air mata kini jatuh dari pelupuk mata Minah. Wanita itu menangis tak percaya.

"Minah yya aku tidak percaya ternyata kau ... kau berada di hadapanku sekarang. Aku sangat bersyukur,.." Kedua sudut bibir Woobin tertarik, tentu saja pria itu senang dapat melihat istrinya lagi.

"Ibu,"

Woobin menoleh ke belakang, ketiga anaknya tampak berdiri dengan penuh tanda tanya. Menghela napas, Woobin membiarkan tiga anaknya menghampiri Minah.

"Anak-anak ini Ibu kalian. Shin Minah, wanita paling sempurna yang ada di dalam hati Ayah." ucap Woobin dengan senyuman.

Dengan perlahan Minah berbalik, kedua tangan yang menutupi wajahnya kini telah ia turunkan. Minah tersenyum manis melihat tiga anaknya serta Woobin disana.

Kedua tangan Minah tampak merentang, meminta agar tiga anak itu masuk ke dalam pelukannya. Benar saja, ketiganya langsung berlari memeluknya. Merasakan kehangatan pelukan seorang Ibu yang selama ini hilang dari hidup mereka.

Ini merupakan hari terbaik sepanjang hidup mereka. Dapat bertemu dengan Ibu mereka yang telah lama hilang. Karena mereka pikir Ibu mereka telah tiada, seperti yang dikatakan Woobin.

Telapak tangannya mengusap lembut surai ketiga anak yang tengah berada di dalam pelukannya. Minah tersenyum manis, tidak menyangka kalau bisa bertemu dengan anak-anaknya lagi. Ini merupakan suatu kebahagiaan yang tak terkira.

"I-Ibu~" panggil Sinb, gadis itu mendongak menatap wajah cantik Minah dari bawah. Sungguh menenangkan. "Sinb sayang Ibu~" ungkapnya sembari menyandarkan kepalanya di dada Minah.

"Ibu juga sayang kalian~" Setitik air mata kembali jatuh dari pelupuk mata Minah. "Ibu rindu sekali dengan kalian, anak-anak~"

Pelukan itu terlepas, dengan segera Minah menghapus jejak air matanya. Wanita itu lalu mengusap pucuk kepala tiga gadis itu satu persatu.

"Anak-anak Ibu sudah besar semua ya, kalian cantik sekali."

Sama seperti Minah, hati tiga gadis itu terenyuh. Baru kali ini mereka mendapat pujian langsung dari seorang Ibu.

Di sana pria Kim juga menatap haru pemandangan di depannya. Sesekali juga ia menunduk agar tidak terlihat jika ia menjatuhkan air mata. Tapi tetap saja, air matanya tetap jatuh.

'Akhirnya semua bisa berkumpul bersama lagi. Rasanya ini mustahil tapi... Ini benar-benar menakjubkan.'

.
.
.

Mereka merasa frustasi karena tak kunjung melihat atau mendapat kabar dari sahabat mereka. Dahyun dan Moonbin menghela napas panjang secara bersamaan.

"Moonbin, bagaimana ini? Kenapa akhir-akhir ini Sinb tidak ada kabar? Dia juga sudah lama tidak bersekolah." Dahyun menangkup dagunya, pandangannya kemudian beralih pada ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja.

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang