15. Waktu

237 26 4
                                    

- Please Vote and Comment -

~ Happy Reading ~

Pagi ini Irene terbangun karena terusik dengan sinar mentari yang menembus kaca jendela kamarnya.

Ia menyibak selimut tebal yang menutupi tubuhnya itu kemudian mengambil ponselnya.

Sebelum itu, ia sempat bingung mengapa dirinya bisa ada di kamarnya, bukankah terakhir ia berada di tempat lain?

Tok! Tok! Tok!

"Irene eonnie~"

Terdengar suara lembut memanggil namanya dari balik pintu itu, Irene segera meletakkan ponsel dan membukakan pintunya.

Ceklek~

Setelah pintu terbuka, terlihat seorang gadis kecil yang sudah memakai seragam lengkap dengan tasnya.

Gadis itu menatap Irene dengan wajah senang, sebelah tangannya bergerak memegang tangan Irene.

"Ayo kita sarapan, Eonnie~" ajaknya kemudian melangkah, tapi langkah itu terhenti setelah Irene melepaskan tangannya.

Gadis itu memiringkan kepalanya, "Irene eonnie? Ada apa?" tanyanya bingung.

"Jangan pegang aku, kau sarapan saja sana!" ucap Irene ketus.

"Tapi ... Aku ingin sarapan bersamamu juga~" balasnya dengan nada sendu.

Irene berdecak, ia tak lagi menjawab perkataan gadis itu. Irene memilih kembali masuk ke dalam kamarnya dan mandi.

Gadis itu menatap pintu kamar Irene yang tertutup dengan kencang. Perasaannya sakit, Sang kakak tertua tidak lagi perhatian seperti dulu.

Gadis itu berjalan menuju meja makan sambil terus menatap lantai putih nan bersih itu. Sesekali ia juga menghela napas panjang.

"Loh? Irene eonnie tidak ikut sarapan?"

Ia mendongak setelah Sang kakak bertanya kepadanya. Gadis itu menggeleng pelan.

Menarik kursi dan duduk bergabung sarapan disana. Gadis itu memakan sarapannya dengan lesu.

Wendy mengelus pucuk kepala adik bungsunya, "Yeri ah, kau tidak perlu sedih. Biar Eonnie yang akan membujuk Irene eonnie nanti, ya?"

Bungsu itu mengangguk sebagai jawaban. Benar juga, lagipula jika ia terus menerus bersedih akan tidak berguna.

Karena mau melakukan apapun, Irene pasti tidak akan menyukainya. Bahkan bisa saja ia malah tidak berekspresi.

.
.
.

Keduanya berjalan melewati koridor sekolah dengan perasaan yang berbeda. Yang satu gembira dan yang satu sedang dalam mood yang tidak baik.

"Kenapa aku harus kesini lagi, sih?!" gumam Sinb, gadis itu menatap tajam semua yang terlihat di matanya.

Umji menoleh, "Sinb eonnie, apakah nanti Sinb eonnie bisa mendatangi kelasku saat pulang sekolah?"

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang