38. Waktu

196 24 2
                                    

- Please Vote and Comment -




~ Happy Reading ~



Mengerjapkan matanya beberapa kali, pria itu ingin memastikan kalau mereka memang benar anak-anaknya.

"Ternyata mereka masih hidup?" gumamnya dengan mata yang berbinar.

Pria itu sangat yakin kalau mereka adalah anak-anaknya dikarenakan ia tahu persis wajah dan sikap enam anaknya itu.

"Minah yya, anak-anak kita masih hidup!"

Pria itu tampak merogoh saku celananya, ia mengeluarkan ponsel miliknya untuk memotret Sowon, Yuju, Sinb dan Umji. Setelah mendapatkan foto mereka, pria itu berjalan menghampiri.

"Anak-anak!"

Sowon dan yang lainnya menoleh, mereka spontan mengernyit bingung. Tentu saja mereka tidak tahu siapa pria di hadapan mereka ini. Apalagi pria itu memanggil mereka dengan sebutan 'anak-anak'.

"Maaf, bapak siapa ya?" tanya Umji.

Pria itu tersenyum, "Ini Ayah, nak! Kalian tidak mengenali Ayah?"

"Ayah?"

Sowon yang sedari tadi belum terlalu menyadari kini telah mengenal pria itu sepenuhnya. Iya! Itu memang benar Ayah mereka. Karena Sowon sudah bisa mengingat wajah Ayah dan Ibu mereka ketika kecil dulu.

"AYAH!!!" Sowon berlari, menubruk tubuh pria itu yang memang sudah menunggu untuk diberi pelukan.

"Eonnie?" Umji menatap Sowon bingung. Bungsu Kim itu tidak mengerti mengapa Sang kakak tertua bisa memanggil pria itu 'ayah'.

Kedua mata Sinb berbinar setelah beberapa saat diam. Gadis itu ingat ketika ia melihat Ayah dan Ibu mereka di taman. Benar! Ini pasti Ayah.

"Ayah! Sinb kangen~" ucap Sinb saat sudah berada juga di pelukan pria itu.

Yuju dan Umji hanya bisa bertukar pandangan. Keduanya masih belum ingin memeluk pria yang sedari tadi berdiri di hadapan mereka itu.

"Eunha yya, lihatlah. Ayah sudah datang."

"Benar. Aku sangat merindukan ayah. Tapi, bukankah Ibu juga sudah datang?"

"Aku tahu, ibu kita adalah ibu dari Ryujin juga, bukan? Aku sudah mengetahui semua itu."

"Aku juga tidak menyangka, Eonnie. Kalau ibu dan ayah meninggalkan kita tapi setelahnyamereka malah seperti ini, terpisah."

Yerin mengusap pucuk kepala Eunha gemas. Adiknya ini masih terlalu polos sebenarnya. Eunha bahkan belum bisa merasakan pelukan kedua orang tua mereka.

Eunha menoleh, menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. Keduanya kini tengah berada disana juga. Ikut memandangi saudari mereka yang lain.

"Yerin eonnie,"

"Hm?"

"Bagaimana kalau kita peluk ayah lalu kita pergi dari sini. Aku ingin mengajak Eonnie untuk mengerjai seseorang. Bagaimana?"

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang