48. Waktu : Terima Kasih

327 24 5
                                    

- Please Vote and Comment -




~ Happy Reading ~





Umji bangkit dari duduknya, membuat Sowon dan Woobin juga ikut bangkit. Keduanya menatap si bungsu, kedua tangan Umji tampak terkepal kuat. Perlahan Umji mendongak dan menatap tajam Woobin.

"Sudah cukup Ayah membentak Sowon eonnie! Apa Ayah tahu kalau kita semua membenci Ayah?" Umji tertawa remeh. "Aku dan Eonnie-deul merasa aneh pada Ayah karena sikap Ayah yang selalu berubah-ubah."

"Seperti sekarang, memangnya Ayah tidak bisa kalau berbicara dengan nada pelan pada Sowon eonnie? Lagi pula Yuju eonnie dan Sinb eonnie sudah biasa pergi saat matahari belum terbit." lanjutnya.

"Umji, Sayang. Kenapa kau seperti ini, hm? Ayah tahu Ayah salah karena membentak Eonnie mu, tapi ... Ayah tidak bermaksud seperti itu Umji Sayang." ucap Woobin menenangkan. Kali ini nada bicara pria Kim menjadi sedikit rendah.

Umji berdecih, "Tidak bermaksud, ya?" Gadis itu kemudian mengambil langkah dan langsung menarik lengan Sowon untuk pergi dari sana. "Aku benci Ayah!"

Menghela napas panjang, Woobin terduduk di kursinya sambil terus menatap pintu utama yang baru saja di lewati oleh anak sulung juga anak bungsunya. Pria Kim menatap langit-langit rumah itu.

"Kenapa aku selalu tidak bisa menahan emosi? Kenapa?! Aku bahkan membuat semuanya berantakan sekarang!"

Arrggghhhhh!!!

Woobin menjambak rambutnya sendiri, setelahnya ia tertawa puas. Pria Kim tersenyum miring dengan napas yang tidak beraturan. 'Keluarlah dari tubuhku sialan!'

.
.
.

Sinb mengusap semua keringat yang ada di wajahnya dengan kain, detik berikutnya sebuah botol berisikan air berada di depannya. Sinb segera membuka lalu meneguk air mineral itu. Tepat di sebelahnya, Moonbin terus membisikan Sinb kata-kata yang  dapat membuat gadis itu bersemangat.

Sekarang sedang waktunya istirahat sejenak sebelum dua belah pihak memulai kembali pertarungan mereka. Di ronde pertama Sinb sudah mendapat pukulan yang cukup kuat pada ujung bibirnya hingga robek.

Padahal wasit sudah melerai tapi musuhnya seperti punya dendam tersendiri pada Sinb hingga memukulnya tak henti.

"Sinb yya, kau tidak usah memikirkan apapun selain ini. Kau mengerti? Kau harus fokus pada pertarungan ini saja, tidak usah pikirkan hal lain. Aku akan selalu disini menunggumu!" ucap Moonbin, gadis itu mengangguk mengerti sambil terus meneguk air itu.

Teng!

Kini ronde kedua dimulai. Sinb bersiap-siap dengan posisinya yang selalu sigap. Kali ini ia tidak ingin kalah dari musuhnya, ia harus menang dan mendapatkan uang itu sebagai hadiah.

"Sebaiknya kau mengalah padaku!" ucap musuh Sinb setengah berbisik. Dan Sinb membalasnya dengan decihan pelan. Tentu saja Sinb tidak akan mengalah begitu saja, memangnya ia gadis lemah.

Dugh!

Bugh!

Akhh..

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang