23. Waktu

220 24 2
                                    

- Please Vote and Comment -


~ Happy Reading ~



Kelap-kelip bintang yang bercahaya seperti lukisan indah di gelapnya langit menemani makan malam mereka berdua.

Ryujin dan Sana memutuskan untuk makan malam bersama. Kenapa ada Sana? Karena dialah yang sudah menemani Ryujin saat balapan tadi.

Dikarenakan Chaeryeong yang tidak mau menemani Ryujin balapan dengan alasan takut, jadi Ryujin meminta Sana menemaninya.

"Ryujin ah,"

Sebelah tangan itu mengelap makanan yang berbekas di sudut bibir Ryujin. Dengan cepat Ryujin mengambil tissue untuk mengelapnya juga.

"Terima kasih, Sana eonnie~" ucapnya sambil tersenyum.

Keduanya makan malam di restauran yang masih buka. Karena sekarang juga sudah hampir larut malam, jadi banyak toko-toko yang sudah tutup.

Meletakan peralatan makan itu, Sana menangkup wajahnya dan menatap Ryujin lekat.

"A-ada apa, Sana eonnie?" tanya Ryujin gugup karena Sana menatapnya dalam.

Gadis itu menggeleng, "Tidak. Aku hanya bangga padamu, Ryujin ah~ Kau memang yang terbaik!"

Kepalanya tertunduk, Ryujin tidak bisa menahan senyumannya setelah mendengar ucapan Sana. Jujur, Ryujin sudah lama tidak mendengar kata-kata seperti itu.

"Ryujin ah," panggil Sana lagi.

"Ya?"

"Maukah kau menjadi adikku?" tanya Sana sambil mengerjapkan matanya.

Ryujin mengerutkan dahinya bingung. Mengapa? Mengapa Sana ingin dia menjadi adiknya?

"T-tapi..."

"Sudahlah." ujar Sana, "Tanpa kau harus bilang, kau sudah aku anggap seperti adikku sendiri."

Ryujin mengangkat kedua sudut bibirnya, ia hanya bisa menanggapinya dengan senyuman.

.
.
.

Ceklek~

Pintu utama terbuka, lagi. Menampilkan Sinb yang melangkah masuk dengan wajah datar.

Sudah tidak ada Yerin dan Eunha di depan televisi sana. Sepertinya mereka sudah tertidur.

Mungkin karena Sinb juga pulang larut malam, jadi tidak ada yang menyambutnya sama sekali. Beruntung saja pintu tidak terkunci.

Melangkahkan kaki menuju kamarnya, Sinb terhenti ketika melihat Sang kakak tertua yang tengah berdiri tepat di depan kamarnya.

Sowon berdiri disana dengan wajah dingin serta kedua tangan yang dilipat di bawah dada.

Sinb tak menghiraukan Sang kakak, ia hendak menyentuh gagang pintu kamarnya namun ditahan.

"Kenapa kau baru pulang?" tanya Sowon dingin. Sorotnya terlihat tajam.

"Ck! Itu bukan urusanmu." decak Sinb, "Permisi, aku ingin masuk."

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang