39. Waktu

182 22 3
                                    

- Please Vote and Comment -




~ Happy Reading ~




Mengibaskan tangannya cepat, Joy bergidik ngeri kemudian langsung terbirit keluar dari kamar Irene. Gadis itu baru saja dihinggapi oleh seekor kecoak yang tiba-tiba saja terbang.

"Joy eonnie kenapa?" tanya Yeri saat melihat Joy melompat ke sofa dengan badan yang gemetar.

"Ada kecoak di kamar Irene eonnie~" ucap Joy, suaranya terdengar seperti akan menangis.

Yeri mendelik, ia pikir kakaknya ini kenapa. Ternyata hanya karena seekor kecoak Joy bisa sampai gemetaran begini. Ada-ada saja.

Tapi kalau dipikir-pikir, seekor kecoak yang tiba-tiba terbang dan hinggap di tubuh kita memang terdengar mengerikan, bukan?

Yeri mengalihkan pandangannya dari Joy. Kini bungsu Bae menatap kakak tertuanya iba. Sebenarnya Yeri merasa kasihan dengan Irene belakang ini. Karena kakak tertuanya itu setiap hari selalu bersikap aneh.

Bahkan sekarang Irene sudah jarang pergi bekerja. Irene lebih banyak mengurung dirinya di dalam kamar. Ia hanya akan keluar jika dipanggil oleh adik-adiknya.

"Irene eonnie, sebenarnya hantu gadis Kim itu siapa?" Yeri menatap Irene serius, sedang Irene malah tidak menatap adik bungsunya sama sekali.

"Irene eonnie?"

Yeri menghela napas pendek, ia kemudian beranjak pergi ke dapur untuk menyiapkan makan untuk Irene. Karena gadis itu belum makan sama sekali dari pagi hari.

.
.
.

Jennie memandang jeruji besi yang mengurung dirinya di tempat itu. Gadis itu sudah lelah untuk memberontak, percuma juga. Karena ia tidak akan dibebaskan.

Jennie duduk di lantai yang terasa dingin itu. Sungguh menusuk di kulitnya. Di dalam sana Jennie selalu sendirian, tidak ada yang mau berteman dengannya.

Atau mungkin Jennie yang tidak ingin berteman dengan mereka. Entahlah. Kini gadis itu bingung ingin berbuat apa. Terlebih kedua orang tuanya tidak mengetahui jika ia dipenjara.

"Bagaimana ini? Aku sama sekali tidak bisa keluar dari sini,.." gumamnya.

Sekarang Jennie hanya bisa berdiam diri. Dikurung di dalam jeruji besi yang ia sendiri tak tahu kapan waktu untuknya keluar dari sana. Hanya Wendy yang bisa mengeluarkannya.

"Bae Wendy sialan! Kenapa dia harus tahu kalau aku yang membunuh kakaknya. Ahhh, sial!"

Sedari tadi Jennie juga memukul-mukul lantai putih itu hingga membuat bekas kemerahan di tangannya.

Orang-orang yang juga berada satu penjara dengan Jennie hanya menatap gadis itu bingung. Beberapa dari mereka bahkan tidak perduli.

"Hei, jangan memukul lantai terus seperti itu. Tanganmu akan terluka."

Jennie menoleh sekilas, ia tersenyum miring kala melihat seorang gadis yang menurutnya 'sok perduli'. Jennie menghiraukan gadis itu, ia kembali memukuli lantai.

"Hentikan. Sini biar aku lihat tanganmu,.." Jennie mengernyit saat gadis di hadapannya menarik tangannya yang memerah. "Sudah aku peringatkan jangan seperti ini." ucapnya.

Waktu - Gfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang