05. Sugar Daddy

91K 8.8K 200
                                    

Happy Reading!
Vote & komen, yuk!

Tandai dikomen kalau ada typo.

•••••

Hari ini jalanan kota terlihat begitu ramai, tak heran, karena ini memang jalanan pusat kota. Banyak mobil dan motor terlihat berjalan beriringan dan berbaris menjadi pemandangan yang memang tidak asing lagi, dan tak jarang terkadang terjadi kemacetan.

Seperti saat ini, sudah beberapa menit berlalu tetapi kemacetan belum usai juga, entah apa yang terjadi jauh di depan sana.

Mobil yang ditumpangi Raina dan Alric terjebak di tengah kemacetan yang melanda, mobil Alric tidak bisa bergerak kemana pun, dan mereka bedua hanya pasrah menunggu macet ini kembai lancar.

Raina menyenderkan kepalanya pada kursi mobil, kedua matanya menatap ke depan, sesekali melirik ke luar arah jendela, jujur dirinya sudah merasa jenuh.

Mereka berdua hanya diam sejak dari rumah, entah perasaan mereka saja atau memang keadaan sekarang sedang diselimuti kecanggungan.

"Sepertinya ini bakal lama. Kalo kamu capek, tidur saja," ucap Alric memecahkan keheningan.

Raina mengeleng. "Nggak ngantuk. Nggak apa-apa, kita tunggu aja."

"Kalo lama?"

"Ya... Kita tetep tunggu?" Raina melirik pengendara motor di depan mobilnya, dia merasa tidak asing dengan perawakan tubuh orang itu.

Dia seperti kenal motor yang mereka tumpangi, itu seperti motor milik.... Arlan? Tapi seingat Raina, tadi Arlan memakai motor yang berbeda saat berada di rumahnya.

Kedua mata Raina meneliti kedua orang berbeda jenis yang sedang dengan anteng menunggu kemacetan ini, alis Raina mengerut saat merasa tidak mengenal perempuan yang sedang duduk di belakang motor itu, Raina pikir itu adalah Gina, ternyata bukan.

Alric diam-diam mengikuti arah pandang Raina. Alric berdehem, "Itu pacarmu kan?"

Entah, Raina merasa sangat tidak suka saat Alric menanyakan pertanyaan itu. Bukan karena dirinya kesal melihat Arlan jalan dengan perempuan lain, ini karena kalimat 'Pacarmu' yang membuat Raina merasa ada sedikit yang menganjal.

Melihat tak mendengar ada jawaban dari Raina, Alric mengubah pertanyaannya. "Kamu mau nyamperin dia?"

Raina menoleh menatap Alric, kemudian mengeleng dengan melempar senyuman untuknya. Sedangkan Alric yang mendapat senyuman itu mendadak menjadi sedikit gelagapan, dirinya berdehem guna menentralkan detak jantungnya yang meronta-ronta.

"Boleh saya bertanya?" ucap Alric ragu.

"Boleh, apa tuh?" Raina mengangkat alisnya penasaran, segitu menakutkan kah dirinya hingga Alric meminta izin terlebih dahulu saat ingin bertanya?

"Kamu berubah, kamu baik-baik saja?" Alric menatap wajah Raina yang kini terdiam menatapnya. "Maaf, kalo kamu tidak merasa nyaman, tidak perlu dijawaㅡ"

"Aku yang ingin berubah, ah, mungkin kewarasanku kembali saat aku jatuh dan kepalaku terbentur," sela Raina dengan diselingi candaan, lalu tertawa.

Namun, sepertinya Alric tidak menganggap itu sebagai candaan. Alric menatap cemas Raina, saat kabar itu sampai ditelinganya Alric langsung dibuat tidak bisa tidur. Dirinya tak bisa berhenti memikirkan Raina yang tak sadarkan diri hingga lima hari, Alric selalu berdoa agar Raina segera sadar.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang