31. Dinner

33.6K 4.1K 64
                                    

Vote dan komennya yuk!
Happy reading, guys.

.

Raina mengacak rambutnya frustrasi. Menatap lemas kasurnya yang kini telah dipenuhi baju-bajunya. Hampir setengah jam lamanya Raina mengobrak-abrik lemari bajunya. Lihat, bahkan high heels miliknya bertebaran di lantai kamarnya. Raina merasa frustrasi karena tak menemukan baju yang cocok untuk ia gunakan di acara dinner nanti.

Ahlinya dalam memilih pakaian berkelas tiba-tiba hilang begitu saja. Bayangan tatapan tak suka dari papa Alric memenuhi kepalanya, bagaimana jika ia dinilai sebagai wanita murahan saat mengenakan baju-baju yang tadinya ia pilih?

Raina menatap horor baju-baju di atas kasurnya. Bahkan dress paling ia sukai kali ini tak ia lirik sama sekali.

Kedua matanya melirik jam yang terpasang di dinding kamarnya, Raina mengigit jempolnya cemas. Setengah jam lagi Alric menjemputnya, dan dirinya belum sama sekali mempersiapkan dirinya. Detik itu juga Raina meramalkan doa agar suatu keajaiban mendatanginya, seperti didatangi ibu peri misalnya?

"AAAAA PAKAI BAJU APA INI GUE?!" pekik Raina dengan frustrasi.

Baru Raina akan memunguti high heels yang berserakan itu, bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka. Raina melengkungkan bibirnya ke bawah saat melihat bundanya menganga menatap kamarnya yang begitu berantakan.

"Bunda ..." rengeknya.

"Astaga, kamu apain kamarmu?" Rika menatap putrinya tak habis pikir. Kamar putrinya begitu berantakan, begitu juga dengan pemiliknya.

Raina tak menjawab, ia mendekati bundanya dengan tatapan memelas. "Bunda ... bantuin, bantuin Rain pilih baju. Raina nggak tau mau pakai yang mana, takut salah," rengek Raina lagi sambil mengoyangkan lengan tangan Rika.

Sontak bunda Rika menghela napas pelan, tangannya sejak tadi menenteng paper bag itu ia angkat di depan Raina. "Kamu nggak buka chat Alric ya? Dia ngirim dress buat kamu ini, special pake telur," jawab Rika memberitahu putrinya.

"Serius?" sahut Raina sambil menjauhi bundanya dan menggapai ponselnya.

Terlihat beberapa notif pesan dari Alric muncul saat ia menghidupkan ponselnya.

"Ponselku mati! Ih, tau gitu aku nggak perlu obrak-abrik bajuku," gerutu Raina, lalu menyalahkan ponselnya yang mati karena kehabisan baterai.

Bunda Rika mengeleng sambil tertawa kecil melihat kelakuan putrinya. Menyodorkan paper bag dari Alric kepada putrinya dengan berucap, "Nih, sana, cepat bersiap. Biar Bunda yang bersihin kamarmu."

"Nggak usah, Bun. Biar Raina aja nanti yang bersihin," tolak Raina setelah mengambil paper bag yang bundanya sodorkan.

"Bentar lagi Alric dateng loh, nggak baik buat dia nunggu lama. Udah sana, hus!" Bunda Rika mendorong putrinya agar dengan segera berganti pakaian, sedangkan Raina hanya bisa pasrah, waktunya tinggal sedikit lagi.

°°°°°

Raina menunduk menatap dress yang ia pakai dengan tatapan kagum, terlihat begitu elegan dan berkelas. Pilihan Alric ternyata sangat berkelas. Dress sepanjang lutut dengan lengan sepanjang siku yang berwarna merah hati ini membuat Raina jatuh cinta ketika ia memakainya, apalagi saat melihat pernak-penik indah menyerupai kristal yang mengelilingi pinggang rampingnya, itu bagian yang paling Raina sukai.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang