36. Mengikuti

29.2K 3.3K 52
                                    

Jam istirahat telah usai lima belas menit yang lalu, para murid sekarang tengah berada di dalam kelas mereka masing-masing. Lorong koridor sekolah kini terlihat sepi, hanya ada beberapa kelas yang terlihat ramai karena tak dihadiri sang guru pengajar.

Berbeda dengan murid lainnya, Gina dan Arlan malah asik berduaan di taman belakang toilet siswi. Seakan tak mempedulikan jika jam istirahat telah usai, tak peduli jika mereka ketinggalan jam pelajaran di kelas, tak peduli jika mereka kini tengah membolos jam pelajaran. Semua itu tak mereka pikirkan.

Taman di belakang toilet siswi ini sudah menjadi tempat mereka berdua, jika ingin bertemu, dan melakukan hal-hal yang tak seharusnya murid sekolah lakukan, mereka akan melakukannya di sini. Tempat yang memang jarang sekali di kunjungi murid ataupun guru, tetapi terkadang masih sempat dibersihkan oleh penjaga sekolah.

Kursi duduk yang sudah berkarat itu mereka berdua duduki dengan tenang. Gina dengan manjanya memeluk Arlan dari samping, sedangkan Arlan merangkul Gina sambil santai merokok.

"Aku mau ulang tahun, kamu nggak lupa 'kan?" ujar Gina sambil cemberut menatap Arlan dari bawah, kepalanya mendongak.

Arlan menyeringai tipis. "Nggak lupa, mau dirayain emang?"

Dan nyatanya, Arlan bahkan tak tahu kapan tanggal Gina ulang tahun.

"Iya!" Gina mengangguk dengan antusias.

"Aku bakalan undang kamu, temen-temenku, semuanya. Aku mau tunjukin ke Raina kalau aku sekarang udah punya temen banyak, aku bisa tanpa dia." Gina tersenyum penuh makna, lalu ia kembali berucap," Aku bakalan buat dia iri sama apa yang aku punya sekarang."

"Itu pasti seru, sayang. Kamu gak pengen hubungan kita diketahui Raina juga? Pasti tambah seru," jawab Arlan setelah menyesap rokok yang ia selipkan di jari telunjuk dan jari tengahnya.

Gina menegakkan tubuhnya, menatap Arlan berbinar. "Bener! Aku yakin nanti Raina pasti bakalan ngemis-ngemis buat kembali sama kamu, kita tau 'kan kalo Raina itu cinta banget sama kamu."

Raut lembut yang tadinya Arlan tunjukan kini berubah sedikit masam, mengalihkan pandangannya, dan menatap tajam ke arah lain. Sesungguhnya ia tak lagi menginginkan Raina untuk kembali kepada, tak menginginkan Raina mengemis cinta padanya. Karena yang Arlan inginkan hanyalah uang yang akan Raina berikan padanya jika dirinya berhasil merayunya, seperti sediakala.

Tetapi sekarang ia telah mendapatkan Gina sebagai cadangannya, jadi untuk apa ia menarik kembali Raina untuk bersamanya? Karena memeras Gina jauh lebih gampang daripada memeras Raina.

Jadi, bisa dilihat siapa diantara mereka yang paing bodoh.

Mungkin urusannya telah selesai saat Raina memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Tapi saat melihat Gina yang begitu antusias karena ingin melihat kehancuran Raina, Arlan jadi ikut mempunyai keinginan yang sama. Sedikit bermain-main dengan mantan pacar kesayangan gapapa salah 'kan? tanyanya dalam hati.

"Tenang aja, sayang. Kita cuman pengen buat Raina kembali kayak dulu, kamu sama aku tetep sama, kok," ucap Gina meyakinkan Arlan.

"Kita sama-sama butuh uang dari Raina," lanjut Gina.

Arlan tersenyum miring. Lebih tepatnya gue yang butuh, bukan lo, ucapnya dalam hati.

"Oke, aku tunggu undangan ulang tahunmu." Arlan membawa Gina mendekat padanya, ia menunduk untuk menciumi pipi wanitanya.

"Siap, sayang! Aku bakalan kasih pertunjukan seru buat kamu, kita bakalan sama-sama liat Raina cemburu, terus dia bakalan kembali ngemis-ngemis cintamu lagi kayak dulu."

Arlan menunjukkan senyumannya yang paling menawan, dan itu sukses membuat Gina lebih tergila-gila lagi padanya. Harusnya Gina juga memikirkan kehidupan kedepannya saat dirinya tak lagi bersamanya, itu termasuk kehancurannya. Tapi Gina tak pernah memikirkannya, dan Arlan dengan senang hati menikmati apa yang Gina berikan padanya.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang