18. Gara-Gara Bunda

58.3K 6.1K 67
                                    

Alric mengetuk-ngetuk jari tangan yang berada di atas lututnya. Berdiam diri di dalam mobilnya, menatap jalanan dari kaca depan mobil. Ia tengah menunggu Jack yang sedang membeli ponsel baru, setelah kejadian tadi dimana Alric sudah membanting ponsel miliknya, sepanjang jalan Jack tak berhenti memintanya untuk mengganti ponselnya dengan yang baru.

Tentu saja Alric tak keberatan, tapi Alric dibuat kesal oleh Jack karena tidak bisa menunggu nanti jika mereka sudah pulang setelah menjemput Raina. Alric kesal karena Jack yang mengulur waktunya untuk bertemu Raina.

Jack kembali dan masuk ke dalam mobil, duduk di kursi depan, samping Alric. Terlihat ia membawa masuk dua paperbag ditangannya, Alric mengerutkan keningnya melihat ada dua paperbag, bisa Alric tebak satu paperbag berisi satu kotak ponsel, lalu yang satunya apa?

"Beli apa lagi selain ponsel?" tanya Alric dengan malas, menatap Jack dengan datar.

Jack menyimpan paperbagnya di kursi belakang, kemudian memasang sabuk pengamannya. "Tidak ada kembalian, jadi beli dua ponsel," jawabnya dengan enteng.

"Kenapa tidak beli semua saja? Habiskan uangku, biar tidak ada kembalian," sindir Alric.

"Ck, kenapa tidak bilang daritadi?!" sahut Jack dengan ketus.

Alric menghela napas kasar. "Sudahlah, terserahmu saja. Yang penting kau gunakan barang itu untuk hal-hal positif, jalan sekarang."

Jack mengangkat bahu acuh, kemudian mengangguk. Ia mulai menghidupkan mesin mobilnya, menuju ke sekolah Raina. Namun baru saja Jack ingin menjalankan mobilnya, sebuah motor sport berhenti di depan mobil.

"Anj--berhenti seenak jidat nih orang!" Jack menutup mulutnya saat melihat siapa orang yang mengendarai motor sport di depannya.

Jack melirik Alric yang juga melihat ke arah depan, di depan mereka terlihat Arlan yang tengah turun motornya dan mendekati dua preman yang memang sejak tadi berada di sana. Mereka terlihat saling kenal, terlihat dari Arlan yang menghampiri mereka lalu melakukan tos menggunakan tangan dengan kedua preman itu.

Mereka mulai berbicara serius setelah saling menyapa, terlihat dari wajah mereka yang saling menatap satu sama lain. Tak lama kemudian Arlan mengeluarkan sesuatu dari sakunya, lalu menunjukkannya kepada preman tersebut.

Dengan jelas Alric melihatnya dari dalam mobil, Arlan tengah memperlihatkan foto Raina kepada preman itu. Kedua alis Alric terangkat, otak cerdasnya bisa menebak apa yang sedang Arlan rencanakan dengan preman itu.

Jack berdecih. "Nggak ada kapoknya itu anak, buat masalah terus bisanya."

Alric merogoh sakunya, mengambil ponsel miliknya. Kemudian mengirim pesan kepada Raina, melihat pesannya sudah terkirim Alric mematikan ponselnya, bersamaan dengan Arlan dan kedua preman itu sudah menaiki motor.

"Jalan," pinta Alric kepada Jack saat melihat ketiga orang tersebut sudah melaju di depannya.

Raina menghela napas pelan, mendengar cerita dari Alric membuat dirinya semakin harus waspada dengan Arlan. Kali ini rencananya gagal, Raina yakin Arlan pasti akan menyusun sebuah rencana lagi untuk dirinya di kemudian hari.

Alric tahu yang dirasakan Raina sekarang, tentu saja mereka khawatir jika Arlan ke depannya akan bertindak lebih dari ini. Alric jelas mengetahui bahwa Arlan melakukan hal bodoh seperti ini hanya untuk mendapatkan perhatian Raina kembali, dan Alric tak akan biarkan itu terjadi.

Cukup sejauh ini saja Arlan memanfaatkan Raina demi dirinya sendiri.

"Bay the way, kenapa kamu banting ponsel asistenmu?" Raina tertawa kecil, berusaha mencairkan suasana dalam kamarnya.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang