Waktu untuk pulang sekolah adalah waktu yang paling banyak ditunggu oleh murid-murid sekolah selain waktk istirahat. Waktu yang lepas dari jam-jam pelajaran, waktu untuk mengistirahatkan pikiran serta tubuh mereka, juga merupakan sisa waktu senggang yang mereka gunakan untuk beraktivitas di luar jam sekolah.
Sama halnya dengan murid-murid lainnya, Derick juga melakukannya. Kini ia sedang berada di dalam mobilnya yang berhenti tepat di depan sebuah butik. Diberi tugas untuk mengawasi keamanan seseorang dari jarak jauh bukanlah hal yang mudah, dan jujur saja Derick bukanlah ahlinya. Tetapi ia bersyukur pada hasil yang ia dapatkan sudah sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Yang artinya Derick melakukannya dengan handal.
Ponselnya berbunyi sejak lima menit yang lalu, tetapi Derick tak menunjukkan niat untuk mengangkatnya. Jika ditanya siapa yang meneleponnya, sudah pasti Derick mengetahuinya. Hanya dengan melirik sekilas nama kontak yang terpampang di layar ponselnya yang hidup.
Derick berdecak kesal karena ponselnya berdering terus-menerus, ia juga kesal kepada sang penelepon. Padahal setiap pergerakan yang Derick pantau ia pasti akan memberitahunya, tetapi orang itu tetap meneleponnya padahal penelepon itu sedang dalam pekerjaan proyeknya.
"Apalagi?!" geram Derick dengan kesal setelah terpaksa ia mengangkat telepon itu.
"Kau masih di sana?"
Derick memutar bola mata malas. "Lo udah nanya itu dua kali, dan saat ini jawaban gue masih sama."
"Raina belum juga keluar dari butik? Ini hampir tiga puluh menit, kau tidak ingin masuk ke dalam juga?"
Dengan spontan Derick melirik jam tangannya. Benar. Ia sudah menghabiskan waktu hampir tiga puluh detik untuk menunggu, tanpa ada keinginan untuk memastikan langsung ke dalam sana.
Ya, masih dengan tugas dan orang yang sama.
Gerak-gerik Raina selama yang ia ketahui tak jauh dari kata tenang, di sekolah, ataupun kalau dirinya sedang bertugas mengawasinya di luar seperti ini. Jujur saja, Derick tak bisa menebak apa yang ingin Raina lakukan sekarang ini. Karena yang hanya Derick teliti akhir-akhir ini Raina terlihat sedikit sibuk di luar kegiatan sekolah.
Seperti di malam itu, saat Derick yang dengan kebetulan melihat Raina sedang berbincang dengan perempuan yang tak ia kenali di depan halte. Melihat itu tentu saja Derick langsung menginformasikannya kepada Alric, sang majikannya. Alric langsung menyuruhnya mencari informasi tentang perempuan itu, dan setelah mendapat semua informasinya Derick mengetahui kalau perempuan itu adalah satu satu wanita yang Arlan pacari.
Pertanyaan yang ada di benak mereka saat ini hanya satu, dan belum bisa mereka berdua percahkan jawaban. Untuk apa Raina mendekati perempuan itu?
"Beri saya kabar nanti, saya akan tutup telponnya."
Derick hanya mengangguk kecil walau tak Alric ketahui. Tepat saat panggilan keduanya selesai, Derick melihat mobil yang digunakan Raina keluar dari parkiran butik, dan melaju di depan mobilnya. Tentu saja Derick langsung bergerak dengan cepat, ketinggalan jejak bukanlah keinginan saat ini.
Mobil yang dikendarai Raina mengarah ke pusat kota, terdapat banyak restoran dan bangunan hotel di sini. Jalanan yang mereka lewati cukup padat, karena ini jam-jam istirahat bagi semua karyawan perusahaan. Tempat terdekat yang biasa di datangi untuk mereka yang ingin makan siang, karena restoran di sini tak hanya satu. Namun beragam.
Derick menghentikan mobilnya sedikit berjarak dengan mobil Raina. Yang kemudian keduanya sama-sama memarkirkan mobil mereka di parkiran yang sudah disediakan oleh pihak restoran ternama di pusat kota. Derick tak langsung keluar dari mobilnya, ia menunggu Raina yang keluar dari dalam mobil terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Liebling!
ChickLit[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia seharusnya sudah meninggal. Rencana busuk yang dilakukan adik angkat dan pacarnya, mengakibatkan nyawanya...