09. Blushing

75.4K 7.9K 39
                                    

"Agak berlebihan, tapi memang seperti itu kenyataannya." ㅡ Alric.

•••••

Raina menggeliat, dengan mata yang masih terpejam tangannya meraba mencari sesuatu yang bisa dia peluk. Raina menarik guling di sampingnya, lalu menguap tanpa dia tutupi.

Kedua matanya menyipit, tangannya bergerak mengucek matanya. Raina menatap atap plafon di atasnya, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan.

Detik kemudian Raina menepuk keningnya pelan. Dia baru ingat, ini adalah apartemen Alric. Entah sudah berapa jam dirinya tertidur di sini, yang Raina ingat hanya dirinya digendong Alric masuk apartemen. Kemudian, memanggil dokter untuk memeriksanya, dan yang terakhir Alric menyuruhnya minum obat, lalu Raina tertidur pulas.

Ah, mungkin ini karena efek setelah minum obat, bukan karena kasur Alric yang nyaman.

Ya, tolong sadarkan Raina.

Raina melebarkan matanya, lalu menunduk melihat kasur Alric. Dengan panik Raina memeriksa seluruh kasur, dari bantal yang dia pakai tidur, selimut, dan guling.

Diam-diam Raina menghela napas lega. "Hah, untung gue nggak ileran di sini. Rontok harga diri gue kalo Alric sampe tau."

Dengan segera, Raina bangkit, dan duduk di atas kasur sejenak. Tak lama, Raina bergerak menyibak selimut, turun dari kasur, dan merapikan kasur Alric yang berantakan karena ulah tidurnya.

Raina berjongkok, mengambil sandal bulu milik Alricㅡatau siapa. Yang pasti Raina hanya dikasih pinjam oleh Alric, oh, mungkin itu milik kekasih Alric, dia meninggalkan di sini.

Ya, bisa jadi begitu...

Mendengar pintu kamar dibuka otomatis Raina menoleh, melihat ternyata yang masuk adalah Alric, Raina langsung spontan berdiri.

"Sudah bangun ternyata, nyenyak tidurmu?" tanya Alric sambil mendekati Raina.

Raina mengangguk. "Sangat ... nyenyak, hehe."

"Ya, saya juga melihatnya."

"Hah? Me--melihat apa?" sahut Raina dengan cemas.

Alric menoleh melihat kasurnya, kemudian kembali menatap Raina. Sedangkan Raina was-was, dia sudah memastikan tidak ada pulau kapuk dibantal itu, lalu Alric melihat apa?

"Tidurmu, maaf kalo tidak sopan."

Raina mengerjap, menatap Alric yang juga tengah menatap dirinya. Perlahan Raina mengangguk, sedikit canggung. Harusnya dirinya yang minta maaf karena sudah menyusahkan Alric, tapi ini kenapa Alric yang meminta maaf. Ini adalah apartemen miliknya, jadi tentu saja dia memilik hak di sini.

"Harusnya aku yang minta maaf." Raina menunduk, memainkan sandal bulu yang dia pakai. "Maaf Ric, pasti aku nyusahin kamu banget," cicitnya.

"Saya melakukannya karena keinginan saya sendiri, tidak perlu minta maaf," jawab Alric dengan lembut.

Melihat Raina yang tetap menunduk membuat Alric menghela napas, harusnya di sini dirinya yang takut dengan Raina, bukan Raina yang takut dengannya.

"Apa perutmu ... masih sakit?" tanya Alric dengan hati-hati.

Akhirnya, Raina mendongak menatap Alric lagi, dia menggeleng sebagai jawaban. Kemudian kembali menunduk memainkan sandal bulunya. Melihat itu Alric bingung sendiri, padahal dirinya benar-benar tidak merasa disusahin oleh Raina, atau bahkan Alric sangat senang jika Raina bergantung padanya.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang