Sharen terkejut dengan tarikan Raina yang tiba-tiba, tubuhnya yang belum siap menerima respon pun tertarik dengan mudah.
Mereka berdua mundur hingga menabrak kursi duduk yang ada di halte, Sharen yang membelakangi kursi duduk langsung terjatuh terduduk dengan apik. Sedangkan Raina yang menghadap pada kursi duduk tak sengaja tulang keringnya terbentur kursi, Raina meringis merasakan nyeri dibagian kakinya.
Sharen akhirnya tersadar dari keterkejutannya, ia langsung berdiri melihat apa yang baru saja melintasi mereka, alisnya mengerut melihat dua pengendara bermotor yang tadi hampir menyerempet mereka hingga melewati batas halte berbalik dan mendekati mereka.
"Wih, cantik."
Dua pengendara motor itu mendekati Sharen dan Raina yang berada di halte, ketika mereka turun dari motor langkahnya sedikit terhuyung. Area sekolah terlihat begitu sepi, hanya tinggal mereka berempat.
Raina menyipitkan matanya melihat kedua pria di depannya, matanya meneliti kedua pria ini. Rambut yang dicat lebih terang daripada warna kulitnya membuat alis Raina terangkat, kos hitam yang ditutupi dengan jaket kulit, serta celana yang robek bagian lututnya, dan beberapa kalung rantai yang dilehernya.
"Mereka preman?" bisik Raina dengan mendekatkan bibirnya pada telinga Sharen, serta merapatkan tubuhnya pada Sharen.
Sharen melirik Raina sekilas, dan mengangguk perlahan. "Sepertinya."
"Ka--kamu nggak takut?" tanya Sharen sedikit gugup karena Raina menatap kedua preman itu begitu intens.
Raina mengeleng, kakinya ia majukan satu langkah, kedua tangannya ia lipat di depan dada, menatap malas kedua preman di depannya.
"Mau apa om?" tanya Raina dengan tenang, tanpa ada rasa takut.
Tetapi rasa takut perlahan menyelinap masuk dalam hatinya ketika melihat salah satu preman yang berambut hijau muda merogoh sakunya dan mengeluarkan pisau kecil.
Preman itu menatap Raina sambil tersenyum miring, menodongkan pisau kecilnya dengan berjalan lebih mendekati mereka. Raina menelan ludahnya melihat itu, kedua tangannya yang semula berada di depan dadanya sekarang perlahan mulai turun.
"Serahkan semua uang kalian," pinta preman itu dengan pisau yang berada di depan Raina.
Raina berdehem, "Kok tau kalo gue berduit?" Raina ingin berbicara lagi tapi Sharen menarik pergelangan tangan Raina pelan.
Sekarang posisi mereka bertukar, yang tadinya Raina berada di depan dan membelakangi Sharen, sekarang Sharen yang berada di depan Raina dan membelakangi Raina, bermaksud ingin melindungi Raina.
"Pergi, jangan ganggu kita." Sharen menatap tajam preman di depannya, tatapan itu hanya kedua preman di depannya yang mengetahuinya, Raina tak tau karena posisinya di belakang Sharen.
Kedua preman itu tertawa remeh, membuat Raina mengerutkan alisnya. Gila nih, ketawa sendiri padahal nggak ada yang lagi ngelawak, Raina membatin.
"Serahin uang atau tubuh kalian?!" tekan preman itu setelah berhenti tertawa.
Sharen menatap mereka datar, tak bereaksi apa pun. Raina menggeser tubuhnya ke samping, hingga dirinya berdiri bersampingan dengan Sharen.
"Run or fight them?" Raina berbicara menggunakan bahasa inggris karena Raina yakin preman itu tak akan mengerti artinya.
Mereka berdua sejenak menahan napas saat melihat preman yang berdiri di samping motor mulai berjalan ke samping arah Raina dan Sharen ingin berlari.
Kedua preman itu menatap Raina dan Sharen dari bawah hingga atas, kedua mata mereka seakan sedang menelanjanginya.
"Lumayan bisa dibagi-bagi sama yang lain, kita jadiin mereka berdua jalang di--" Belum sempat preman itu menyelesaikan ucapannya wajahnya sudah kena tendangan dari Sharen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Liebling!
ChickLit[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia seharusnya sudah meninggal. Rencana busuk yang dilakukan adik angkat dan pacarnya, mengakibatkan nyawanya...