41. Apartemen Derick

26.1K 3.1K 28
                                    

Derick melirik paper bag yang perempuan di depan ini bawa, tak tahu pasti apa isinya. Setelah itu ia mempersilahkan perempuan itu masuk ke dalam apartemennya. Perempuan ini benar-benar datang rupanya.

"Maㅡmaaf karena datang di waktu malam hari ..." ucapnya begitu pelan dengan sangat berhati-hati.

"Santai, kebetulan malam ini gue free." Derick menyuruh perempuan itu untuk duduk di sampingnya yang kini sudah terduduk di atas sofa panjang.

Sharen, perempuan itu mengangguk kaku. Kemudian dengan gerakan pelan ia duduk di samping Derick, sebelum itu ia menyimpan paper bag-nya di samping kakinya. Dengan gugup ia membenarkan dress yang menutupi lututnya, kemudian menaikkan kacamatanya. Ia belum berani menatap laki-laki di sampingnya sekarang ini.

Semua pergerakan yang Sharen lakukan sedari tadi diamati oleh Derick. Dengan mata tajamnya, serta kedua alis yang mengerut. Meneliti seakan-akan Sharen adalah seorang buronan yang berusaha berbohong untuk kabur.

"Kuas?" tanya Derick tiba-tiba dan membuat Sharen menoleh sekilas kearahnya. Dari samping ini ia bisa melihat isi paper bag perempuan itu, terlihat ada beberapa kuas, danㅡberbagai warna cat air.

Sharen mengangguk.

"Buat?"

"Melukis," jawab Sharen sambil melirik papar bag-nya.

Tadinya Sharen keluar malam hanya ingin membeli beberapa alat lukis, tetapi entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan pesan Derick yang dikirim kemarin. Setelah menimbang-nimbang keputusannya, akhirnya Sharen dengan keberaniannya mengirimkan pesan kepada Derick jika malam ini dirinya akan pergi ke apartemen laki-laki itu. Dan dengan kebetulan Derick membalasnya dengan cepat, dan mengiyakannya.

"Lo gak akan pakai kuas buat bunuh gue 'kan?" Derick terkekeh pelan saat Sharen menoleh dan menatapnya kesal.

"Ya, siapa tau lo ke sini punya niatan bunuh gue setelah lo dapetin yang lo incer."

Bukan Derick namanya jika tidak membuat orang emosi.

"Katakan." Sharen menginstruksi.

Mendengar itu Derick menyeringai, dengan gerakan tiba-tiba Derick menarik lengan perempuan di sampingnya itu. Hingga membuat sang empu berhadapan dengannya. Sharen menatap Derick binggung, tetapi kebingungan itu terganti dengan rasa waspada saat Derick mencondongkan tubuhnya ke depan, membuat jarak yang tadinya tercetak sekarang hampir terkikis.

Sharen meremas dress-nya sendiri saat punggungnya menubruk ujung sofa, kedua matanya menatap Derick takut. "Kamuㅡ"

Melihat wajah Derick yang semakin mendekat pada dirinya ini membuat Sharen takut serta gugup dengan sendirinya, tak mempunyai nyali untuk melanjutkan ucapannya. Wajah datar, namun tatapan laki-laki itu begitu tajam.

Sharen terkejut hingga kedua matanya membulat. Derick tiba-tiba menarik karet rambutnya, lalu membuangnya begitu saja. Rambut panjangnya yang tadinya ia kuncir jadi satu kini telah tergerai.

Tangan kiri Derick menyangga tubuhnya agar tak menindihi perempuan di depannya, ia tekankan tangan kirinya pada sofa. Membuat keduanya semakin dekat satu sama lain.

"Gue," ucapnya seraya menarik kacamata Sharen dengan pelan, lalu ia melemparkan begitu saja. "Gue orang yang lo cari, gue yang malam itu manjat balkon kamar Raina. Yang artinya itu jejak tangan gue." Derick mengangkat telapak tangannya di depan wajah Sharen yang masih menatapnya terkejut.

Derick menurunkan kembali telapak tangannya. Masih dalam posisi sebelumnya, Derick kembali berkata, "Sebelum gue masuk ke rumahnya Raina, ada orang lain yang duluan masuk."

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang