22. Serangan

46.8K 4.9K 155
                                    

Derick memarkirkan motor besarnya di parkiran sekolahnya, tempat paling ujung yang terlihat tak banyak murid yang parkir di sana, dan menjadikan tempat itu tempat favorit untuk motornya.

Ia memilih tempat sepi seperti ini sebab akhir-akhir ini dirinya terlihat menonjol di sekolahnya, menjadi bahan bicaraan. Dan jujur saja Derick tak peduli, toh, ia di sini hanya melakukan tugasnya.

Biasalah, orang ganteng. Derick membatin.

Tubuhnya membungkuk menepuk kedua lututnya, lalu kembali tegak dan menyugar rambut hitamnya. Derick bisa mendengar pekikan dari sampingnya, tanpa meliriknya Derick sudah tahu siapa mereka.

Matanya melihat gadis memakai bandana di kepalanya, bandana yang berwarna biru itu terlihat serasi dengan rambutnya yang dia kepang menjadi dua bagian. Namun terlihat sedikit kuno di mata Derick saat melihat kacamata yang terpasang apik menutupi kedua matanya.

Derick mengambil langkah menyusul gadis itu, terlihat kalau gadis itu tak tahu kalau Derick sudah ada di belakangnya. Dengan jahil Derick menarik salah satu kepangan gadis itu, membuat gadis tertarik ke belakang dan berhenti berjalan.

"Eh?!"

Tangan halusnya memegang tangan Derick yang menarik kepangannya, belum sempat ia buka suara Derick sudah menarik tangannya.

"Ikut gue." Derick berjalan mendahului Sharen, dan menarik tangannya. "Gak usah nanya, tinggal nurut."

Sharen hanya pasrah mengikuti Derick, berjalan dengan wajahnya menunduk. Menghindari tatapan dari murid-murid yang diberikan padanya.

Hingga mereka berhenti di koridor belakang, di sini terlihat begitu sepi karena jarang murid ada yang nongkrong. Jika ingin nongkrong pun mereka akan membawa teman yang banyak, agar suasana sunyi ini terisi dengan kebisingannya.

"Ke-kenapa? Mau apa ke sini?" Sharen menatap gugup Derick yang kini juga menatapnya datar.

Derick tak menjawabnya, melainkan menyodorkan ponselnya di depan gadis ini. Sedangkan Sharen yang sedang mode lemot hanya menatap ponsel itu dengan tatap polosnya.

"Gue minta nomor lo, id line, telegram, instagram, pokoknya semua yang lo punya."

Sharen mengerjap mendengar ucapan cowok di depannya ini. Tidak ada petir, tidak ada angin tiba-tiba dia meminta semua nomornya?

"Buat apa, Derick?" tanyanya pelan.

"Buat PDKT sama lo," jawab Derick dengan enteng.

Sharen terdiam, menatap ponsel Derick dan mulai mempertimbangkan keputusan. Sedikit aneh melihat cowok seperti Derick meminta nomornya dan bilang ingin PDKT. Cowok seperti Derick tertarik PDKT denan cewek sepertinya? Seperti bukan hal yang bisa dipercaya.

"Nggakㅡ"

"Oh, gak mau?"

"Iya, aku nggak kasih nomorku ke sembarang orang." Sharen membenarkan kacamatanya, lalu sedikit membungkukkan badan.

Tidak peduli kalau Derick mengatainya setelah ia menolaknya.

Derick memasukkan kembali ponselnya, memperlihatkan senyum miringnya ke arah Sharen. Walau Sharen tak melihatnya ia bisa merasakan tatapan datar nan dingin yang Derick punya.

"Lo deket sama Raina sekarang? Kayaknya lo sama dia udah akrab," celetuk Derick di depan Sharen, kedua tangannya ia masukkan ke dalam satu celananya, dan menyenderkan bahunya di dinding.

Sharen mengangguk pelan, sedikit memundurkan kakinya. Ia rasa berdekatan dengan Derick sedikit berbahaya, atau memang berbahaya?

Bagaimana tidak, tiba-tiba Derick meminta nomornya dan bilang akan PDKT dengannya, padahal kita bertemu bisa dihitung dengan jari. Lalu sekarang Derick menanyakan kedekatannya dengan Raina, Sharen mencoba untuk berpikir positif. Sekarang memang sedang hangat membahas pembicaraan yang menyakut dirinya dan Raina.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang