24. Drama

38.8K 4.7K 48
                                    

HI GUYS!
HAPPY READING SEMUA
VOTE & KOMENNYA JANGAN LUPA YAA 💘💘

°°°°°

Gina turun dari mobil dengan perasaan senang, ia membungkukkan badan ke arah sopir pribadi keluarganya. Tangannya menggenggam buket bunga, dengan senyuman lebarnya ia berjalan masuk ke dalam rumah. Perasaan senangnya ini disebabkan oleh bunga pemberian dari pacar tersayangnya, siapa lagi jika bukan Arlan.

Perasaan senangnya bertambah dua kali lipat saat mengingat kakak tercintanya, ia yakin kalau Raina sudah menghabiskan bekal darinya. Ia memang mengatakan jujur tentang kotak bekal itu titipan dari bunda Rika. Tetapi, bukan Gina namanya kalau tidak ingin membuat masalah, apalagi melimbatkan Raina.

Dengan sengaja Gina menukar kotak bekalnya, mengganti isi nasi goreng dengan tambahan udang. Ini memang sudah ia rencanakan, dan kebetulan ada kesempatan yang nantinya tak akan Gina dapatkan. Gina tersenyum bangga terhadap dirinya sendiri, efek alergi udang tak main-main. Gina telah mempersiapkan ekspresi sedihnya ketika melihat Raina sengsara nanti, namun dalam hati ia sangat menikmatinya.

"Gina? Sudah pulang ternyata. Cepat ganti baju dulu, kamu ditungguin Ayah di ruang kerja." Bunda Rika menghampiri anak angkatnya, selalu dengan senyum yang menghangatkan bunda Rika mengusap surai Gina.

Gina mengerutkan alisnya, dirinya ditunggu ayah? Tumben sekali ayah memanggil ke ruang kerja, biasanya ayah yang selalu menghampirinya. "Ayah nungguin Gina? Kenapa Bun?"

"Bunda nggak tau, tadi cuman pesen sama Bunda gitu. Eh, cantik banget bunganya, dapet dari siapa hayo?" goda bunda Rika.

"Pacar Gina ya?" goda bunda Rika lagi.

Gina hanya tersenyum malu, mengelus bunga-bunga dalam tangannya. Ia mengangguk membenarkan tebakan bundanya, Gina bertambah malu ketika bunda Rika terus menerus menggodanya.

Sesaat kemudian Gina mengedarkan pandangannya, mencari Raina. Gina memasang wajah polos saat menatap bunda Rika. "Kak Raina belum pulang, Bun?"

"Belum nih, mungkin lagi otw. Akhir-akhir ini dia memang sering pulang terlambat, mau ujian katanya jadi dia belajar bareng temennya," jelas bunda Rika bangga dengan putrinya itu. "Kamu juga jangan lupa belajar, loh. Nanti nggak naik kelas lagi," canda Bunda Rina diakhiri tawa.

Gina ikut tertawa. Bukan karena candaan bunda Rika, tetapi karena membayangkan keadaan Raina yang mungkin sekarang sedang kesakitan. Atau mungkin sekarang Raina sudah berbaring di rumah sakit? Gina akan setia menunggu kabar itu.

°°°°°

"Bagaimana sekolahmu, Gina? Apa ada masalah?"

Gina mengalihkan pandangannya menatap Nendra yang duduk di depannya. Sejak tadi ia hanya diam mengamati seluruh ruangan kerja ayahnya, selain buku dan berkas-berkas ternyata juga banyak figura foto keluarga. Akhirnya ayahnya bersuara setelah selesai fokus dengan berkas ditangannya.

"Baik, Yah. Temen Gina baik-baik semua, Gina punya temen banyak, nilai Gina tetap nomor satu!" jawab Gina menatap Nendra, memamerkan senyuman kebanggaanya.

Nendra tersenyum dan mengangguk-angguk. "Gina, Ayah panggil kamu karena ada beberapa hal yang ingin Ayah bicarakan sama kamu."

"Ayah selalu memberi putri-putriku keamanan masing-masing, karena Ayah tidak bisa mengawasi kalian dari dekat seperti dulu kalian masih kecil. Jadi, Ayah selalu menyuruh beberapa orang kepercayaan Ayah untuk mengawasi kalian berdua."

Gina terkejut dengan tutur kata Nendra, tetapi dengan cepat ia menentralkannya. Berganti menatap Ayahnya seolah tak mengerti dan perlu adanya penjelasan, kedua kaki dibawah meja sedikit bergerak gelisah.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang