25. Apartemen Alric

44.1K 4.9K 52
                                    

"Karena gue punya temen yang pertama kalinya, ayo cobain masakan Bundaku!" seru Raina menggebu-ngebu.

Raina menyerahkan sendoknya kepada Sharen, dan kembali berseru dengan semangat. "Ayo cobain, terus nanti kasih tau gue first impression lo ke masakan ini."

Tampaknya Raina juga tak sabar ingin memakan nasi gorengnya.

Sharen tersenyum, turut mengangguk mengiyakan Raina. Ia mengambil alih sendok Raina, ia melihat ada dua sendok yang Raina bawa. Mungkin itu sebuah kebetulan, atau mungkin Bundanya Raina salah ambil saat ingin mengambil garpu. Atau mungkin memang telah disediakan?

Sendok dalam genggamannya ia gunakan untuk menyendok nasi goreng tersebut, mengarahkannya ke depan mulutnya. Sebelum masuk ke dalam mulutnya, Sharen bisa mencium bau nasi goreng yang harum dan menggiurkan. Setelah nasi yang ada disendok masuk dalam mulutnya, Sharen mengunyahnya pelan. Seakan menikmati dan merasakan setiap gigitan kecil yang menghaluskan butir-butir nasi dalam mulutnya.

Sharen mengangguk-ngangguk ke arah Raina, membenarkan kacamatanya dan mengangkat jempolnya di depan Raina. Sontak Raina membalasnya dengan dua jari jempol miliknya, lalu Raina bertepuk tangan seperti anak kecil. "Eum, rasanya enak. Pas di lidah dan nggak begitu pedas," puji Sharen dengan tulus.

Raina tersenyum lebar. "Terus-terus?"

"Nasi yang dicampur sama ayam, sosis, dan udang ini benar-benar kombinasi yang pas dan enak! Bundamu sangat jago memasak." Sharen tersenyum menjelaskannya.

Namun, senyum lebar Raina perlahan pudar. Menunduk melihat nasi gorengnya, kedua matanya menatap terkejut. Sendok digenggamannya ia gerakan seperti mengaduk nasi. Raina menelan salivanya saat mendapatkan sesuatu di dalam nasi gorengnya, ia menyendoknya.

Mengarahkan sendoknya kepada Sharen. "Ini apa? Coba," pinta Raina.

Walau terlihat bingung Sharen tetap menerimanya. "Ini udang," ucapnya setelah merasakan apa yang baru saja ia makan.

Raina langsung meletakkan sendoknya, Raina sudah membuktikannya, Sharen tak mungkin berbohong. Dengan segera Raina menutup kembali kotak bekal itu. Matanya menyorot tajam kotak bekal tersebut, sedangkan dalam hatinya ia sedang memisuhi seseorang.

Ia tau ini ulah siapa.

"Ra ... ke--kenapa?" Sharen sedikit takut dengan perubahan Raina.

"Gue alergi udang, Sharen."

Raina menegakkan tubuhnya yang ia senderkan pada dinding lift, lalu menghela napas lelah. Membuang jauh-jauh ketika pikirannya kembali mengingat kejadian di kelas tadi, Raina tidak bisa membayangkan bagaimana sengsaranya dirinya kalau bekal itu benar-benar ia makan.

Ia masih membiarkan Gina memulai permainannya dulu, membiarkan Gina bermain sampai puas. Tetapi semakin ke sini Gina terlihat memang ingin menghabisinya, dan itu sukses membuat Raina memilah-milah rencana yang akan Raina buat untuk membalasnya.

Tetapi Raina tak ingin membalas Gina dengan cara yang sama seperti apa yang Gina lakukan, Raina akan bermain cantik. Raina sudah memberi Gina peringatan tadi, dan jika Gina memang tak mendengarkannya, maka bukan salah Raina jika semua rencana Gina berbalik pada Gina sendiri.

Pintu lift telah terbuka. Raina memeluk beberapa map berisi berkas-berkas ayahnya, lalu melangkah keluar lift. Ayahnya sendiri yang memintanya memberikan berkas ini pada Alric, Raina tak tau apa isinya, ia juga tak berminat melihatnya. Yang pasti Raina tau isi berkas ini tentang pekerjaan keduanya.

Ketika dirinya sudah berada di depan pintu apartemen Alric, Raina berniat menelepon Alric. Tapi pintunya sudah terbuka sebelum Raina melakukan panggilan.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang