"Gue emang gak pernah meleset kalo disuruh curigai orang."
Bibirnya ia tarik ke atas, membentuk sebuah senyuman. Tidak, itu bukan senyuman yang bermakna untuk membanggakan. Namun, senyuman yang lebih menunjukkan jika sang pemilik senyuman itu tengah mengejek mangsanya.
"Kayaknya kedepannya lo harus lebih teliti lagi, apalagi kalo sama gue," lanjutnya, lalu ia tertawa.
Tertawa untuk mengejek.
Melihat orang yang tengah terduduk kaku di depannya yang hanya diam saja sejak tadi, dan terus menundukkan kepalanya, membuat Derick semakin menampakkan wajah songgongnya.
Kedua mata tajamnya terus mengarah pada satu titik, yaitu orang yang berada di depannya. Derick mencondongkan tubuhnya lebih mendekat pada orang itu, dengan sengaja ia meraih dagu orang itu, kemudian mengangkatnya hingga wajah itu sejajar dengan wajahnya.
Terdiam beberapa detik karena hanya untuk meneliti wajah itu, akhirnya Derick membuka suara. "Lo lebih oke kayak gini, ketimbang lo yang gue temui selama ini."
"Gue yakin Raina juga bakalan bilang gitu, atau mungkin lebih tepat ke—fake nerd?"
Tangan Derick terlepas karena orang itu sedikit menyentaknya, orang itu langsung mengusap dagunya dengan punggung tangannya. Merasakan seolah-olah dagunya baru saja tersentuh oleh benda kotor.
Derick mengetahui kalau orang di depannya ini tengah dilanda rasa takut, kesal, dan cemas. Iya, siapa juga yang tidak akan merasakannya. Bak seorang pencuri yang tengah tertangkap basah, lalu diinterogasi. Derick juga melihat mata orang itu mulai memerah, sepertinya dia sedang menahan untuk tidak menangis.
Tapi, apa juga yang orang itu tangisi?
"Jangan ganggu aku," ucap orang itu setelah lama terdiam. "Ini semua bukan urusanmu," sambungnya dengan lantang.
Derick tertawa singkat, merasa ucapan orang itu sangat lucu. "Lo udah masuk daftar orang yang gue curigai, dan saat gue udah hampir tau semuanya, lo dengan enaknya bilang ini bukan urusan gue?"
"Gue emang seharusnya gak ngurusin ginian, tapi ini salah lo sendiri juga masuk ke daftar orang yang gue curigai. Otomatis lo gak akan tenang sebelum gue dapetin apa tujuan gue," jelas Derick tanpa mengalihkan pandangannya.
Ia merasa sedikit tertarik, padahal Derick baru melihat wajah itu. Karena yang biasanya ia lihat beda dengan sekarang, rupanya polesan natural yang menghiasi wajah itu membuatnya tertarik.
"Kamu bisa dapetin tanpa nganggu aku," jawabnya.
"Tapi gue maunya nganggu lo, gimana?" balas Derick tak mau kalah.
Orang itu terlihat menghela napasnya, kemudian berkata, "Kamu kerjain aja tugasmu sendiri, dan aku juga kerjain tugasku sendiri. Kita cukup tau saja kalau memang sama-sama lagi ngawasi orang yang sama."
"Oh."
"Tuanku, dan Tuanmu beda," tambah orang itu tanpa memperdulikan respon Derick.
Derick menyeringai. "Kenapa kita gak saling membantu aja? Biar enak?"
"Aku nggak butuh kamu," jawab orang itu dengan cepat.
"Tapi gue butuh lo, Sharen."
Sharen mengeleng. "Kamu nggak butuh aku, kamu cuman penasaran sama aku."
"Cukup berani ya lo kalo kayak gini, jawab omongan gue mulu." Derick mengatakannya dengan tenang, tapi begitu dingin ketika suaranya melewati gendang telinga Sharen.
Sharen mengigit bibirnya, tidak, ia tidak seberani itu. Asal Derick tahu kalau sejak tadi Sharen menahan ketidaknyamanan serta ketakutannya dalam diam, Sharen harus terus menunjukkan bahwa dirinya tak takut kepada cowok itu. Karena ketakutannya saat ini hanya akan merugikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Liebling!
ChickLit[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia seharusnya sudah meninggal. Rencana busuk yang dilakukan adik angkat dan pacarnya, mengakibatkan nyawanya...