35. Keanehan

30.9K 3.4K 192
                                    

Raina malangkah mendekatkan dirinya pada antrian kasir supermarket yang sekarang ia kunjungi. Kepalanya menunduk melihat ponselnya yang berbunyi sejak tadi, pesan masuk dari bunda Rika benar-benar membuat Raina kewalahan. Keranjang belanjaannya telah penuh dengan titipan bundanya, mungkin Raina telah memakan waktu hampir satu jam untuk mencari semua belanjaan yang bundanya kirimkan lewat pesan.

Sebenarnya Raina hanya ingin membeli beberapa camilan untuk dirinya sendiri, ia merasa kurang pas saat belajar tanpa ditemani camilan, dan yah, Raina menemukan kebiasaan barunya sekarang. Melihat Raina yang ingin pergi ke supermarket, bunda Rika memintanya membelikan beberapa bahan dapur.

Katanya, agar Raina perlahan mengenal nama-nama bahan serta alat perang seorang perempuan ketika berada di dapur.

"Ada lagi mbak?" tanya penjaga kasir setelah Raina memberikan keranjang belanjaannya.

Sontak Raina mengeleng sambil tersenyum tipis.

"Totalnya 537 ribu ya, mbak."

Raina merogoh dompetnya, mengambil beberapa lembar uang yang nominalnya sama dengan total pembayarannya. Penjaga kasir itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Raina meringis melihat kresek belanjaannya, pasti berat saat ia bawa.

Dengan sengaja Raina memotret kresek tersebut, lalu mengirimkannya kepada bunda Rika. Sejenak ia fokus pada ponselnya, terkadang terkikik kecil sendirian, hingga tak sadar dirinya masih berdiri di depan kasir.

"Permisi, Kak."

Tubuh Raina tersentak kecil, ia menoleh sambil mengerjap. "Eh, iya maaf, silahkan."

Raina menunduk, segera mengambil kresek belanjaannya. Setelah mengucapkan maaf lagi, Raina langsung melangkah menjauhi kasir. Entah kenapa, ia malu sendiri.

"Berat banget, kayak kangenku ke Alric," gumam Raina sambil berjalan keluar dari supermarket.

Pandangannya ia larikan melihat sekitarnya, kemudian Raina menunduk melihat jam di ponselnya. Raina menghela napas, ia tiba-tiba menyesal karena tidak membawa mobil sendiri tadi. Lihat, ponselnya sudah tak lagi hidup. Entah sejak kapan.

Raina cemberut menatap kresek belanjaannya. "Coba aja tadi gue minta Pak Sandi buat nungguin, sepuluh menit pasti gue udah bobo cantik di kasur."

Raina memasukkan kembali ponselnya, ia menarik napas panjang. Kemudian mengangkat kresek belanjaannya. Ia berjalan mendekati trotoar, bersamaan dengan mobil hitam berhenti dan menepi di sana.

"Fuck."

Alis Raina berkerut melihat siapa yang keluar dari mobil hitam itu, tidak sopan sekali tiba-tiba langsung mengumpat, pikirnya. Raina juga melihat laki-laki itu menyempatkan dirinya mengangkat kedua jari tengah di depan pintu mobil hitam yang sekarang sudah berjalan menjauh.

"Derick?" panggil Raina ragu.

Laki-laki itu berbalik dengan sedikit terkejut. Sama dengan Raina, Derick menatapnya dengan alis berkerut. "Ngapain lo di sini?" tanya Derick aneh.

Raina tak menjawabnya, melainkan menunjuk kresek di bawahnya.

"Oh," balas Derick cuek.
"Lo mau pulang?"

"Iya, btw tadi itu siapa?" Alis Raina terangkat, melihat Derick dengan penasaran.

"Kepo."

Raina mendelik kesal melihat Derick kini berjalan meninggalkan. Ia merasa teman sekelasnya ini sangat misterius, ia tak pernah melihat Derick berbaur dengan murid lainnya. Tak pernah melihat Derick mempunyai teman laki-laki maupun perempuan, di kelas pun Derick tak banyak bicara. Namun, sekali dia bicara langsung mendidihkan emosi orang.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang