Extra Chapter III

48.8K 3.2K 42
                                    

"Alric belum pulang, ya?"

Raina menoleh dan tersenyum. "Belum, Ma. Tapi tadi udah aku kabari kalo di rumah ada Mama, Papa, Bunda, sama Ayah."

"Dia sering lembur?" tanya Bella lagi.

"Nggak. Tapi kalo lagi sibuk-sibuknya tuh, iya."

Bella tersenyum menanggapi. "Nggak apa-apa, Ra. Dulu Mama juga, kita samaan kok."

Keduanya tertawa. Bunda Rika yang berada di samping mereka pun mengeleng. Kini mereka bertiga tengah berada di dalam dapur, seperti biasa tugas mereka sekarang adalah memasak. Menyiapkan segala untuk acara malam ini dan dibantu beberapa pelayan. Keluarga itu malam ini merencanakan makan malam dan sedikit berpesta untuk merayakan ulang tahun Harris.

Kakek tua itu tiba-tiba ingin merayakan ulang tahunnya.

"Kue-nya kamu pindah dimana, Ka?"

"Di kulkas."

"Bun, ini udah. Langsung aku taruh di piring?"

"Iya--Eh bentar, kasih ini dulu."

Raina menyengir ketika mendapati plototan dari bunda Rika. Pisau tajam di tangan langsung diambil alih oleh bunda Rika, putrinya memotong daging ini dengan cara yang--cukup membahayakannya.

"Kalo nggak bisa itu bilang, nanti kalo tanganmu yang kepotong gimana?" tutur Bunda Rika.

"Iya, Bundaaaa. Gimana ya, habisnya dagingnya lebih keras dari yang biasa aku masak." Raina mengerucutkan bibirnya. Di depan bundanya ia masih tetap akan jadi seperti anak kecil.

Bunda Rika mengeleng, daripada tidak jadi potongan daging yang seperti diinginkan. Akhirnya ia menyuruh Raina untuk bagian membuatkan minuman, lalu ia yang memotong dagingnya.

"Eum, enak! The best pokoknya kamu, Ka."

"Ih, itu aku tau yang masak!" protes Raina begitu melihat Bella memuji masakannya kepada bunda Rika.

"Eh, iya kah? Kok enak?" goda Bella.

Raina meletakkan sendok yang ia buat mengaduk minuman di depannya, lalu ia mengibaskan rambutnya. "Iya dong, Nyonya Mosvier dilawan," jawabnya dengan gaya angkuh.

"Gaya banget kamu, pasti resepnya lihat google," seru Bella.

"Nggak dong, tapi dari buku resepnya Bunda. Hehe."

Mereka tertawa geli. Semenjak jadi istri Alric, Raina selalu mempunyai keinginan untuk bisa memasak. Dulu ia memang memakai pelayan, semua makanan juga pelayan yang memasakan. Karena itu, lama-kelamaan Raina ingin bisa memasak untuk suami tercinta. Ingin Alric makan dari masakan tangannya sendiri.

Belajar dari buku-buku resep, termasuk buku dari bunda Rika. Buku resep itu dari rekomendasinya, isinya begitu lengkap hingga mempermudahkan Raina sewaktu dalam masa belajar memasak. Belajarnya tak sia-sia, apalagi saat Alric memfavoritkan salah satu masakannya. Hingga sampai sekarang kalau bukan Raina yang masak, rasanya akan berbeda. Katanya Alric.

Mungkin tak sengaja tertabur bumbu cinta.

•••••

"Baaa!"

Suara tawa Etta menggelegar di dalam ruang tamu.

Dua pria tua di dalam ruang tamu itu tengah bermain bersama Etta, barang mainan anak itu pun sudah berserakan di bawah lantai yang beralaskan tikar. Beberapa boneka yang dua pria itu bawa sebagai hadiah untuk sang cucu pun tergeletak begitu di atas sofa.

Televisi besar yang hidup hanya dibiarkan saja, bahkan televisi itulah yang sedang menonton keasikan mereka. Bungkus biskuit, serta botol susu Etta yang masih penuh hanya diam di atas meja. Seolah menunggu untuk dimakan dan diminum.

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang