34. Arnirya Dellani

30.8K 3.5K 66
                                    

Derick terkekeh pelan setelah membaca deretan informasi yang ia dapat. Tulisan berukuran besar dalam ponselnya itu menarik perhatiannya, 'ARNIRYA DELLANI'

Ya, kini ia sedang mengorek informasi data diri tentang perempuan berbau sperma tadi.

Melihat dimana tempat Arni mencari uang sukses membuat tawa keras khas Derick mengalun, sepertinya ia lupa kalau dirinya tengah berada di dalam supermarket yang tentunya ramai pengunjung. Seketika tatapan orang-orang mengarah pada Derick, ada yang terkejut, ada yang menatap dirinya aneh, ada juga yang masih sempatnya menatapnya kagum.

"Pantes bau sperma, cari uang aja di club malam," gumam Derick pelan, namun nadanya sinis.

Derick menyenderkan punggungnya di salah satu rak camilan dimana ia berdiri, kepalanya menunduk menatap fokus ponselnya, ia kembali membaca keseluruhan informasi tentang Arni. Tujuan Derick pergi ke supermaket hanya ingin menumpang AC, sekalian ia ingin membaca informasi yang telah ia dapatkan.

Mencari data penting tentang diri orang lain adalah perbuatan yang melanggar privasi, tapi Derick melakukannya. Karena itu 70% adalah pekerjaannya saat ini. Itu adalah keahliannya, dan Derick tak peduli dengan pelanggaran, karena yang ia butuhkan setelah mendapatkan ini semua adalah uang.

Derick tersenyum miring, ia menggulir layar ponselnya dan melihat beberapa foto. Begitu menjijikkan melihat foto-foto dimana perempuan itu sedang melakukan pekerjaannya, Derick juga menemukan beberapa foto Arni bersama circle-nya. Ternyata mereka bekerja ditempat yang sama? Tapi Derick tak mendapati keberadaan Gina dalam foto tersebut.

"Wait ..." Alis Derick terangkat ketika melihat orang yang ia kenal tertangkap dalam foto-foto tersebut.

Derick tertawa tanpa mengeluarkan suara. Ia melihat Arlan berada di sana, bersama Arni. Foto-foto itu memperlihatkan kegiatan panas mereka, tak ada rasa malu, mereka terlihat begitu menikmati sekali. Derick tersenyum miring, ia tak terkejut melihat kelakuan Arlan. Ia hanya merasa miris dengan Gina, begitu bodohnya dia hingga diperlakukan seperti ini dengan Arlan.

Tetapi, Derick tak peduli. Dengan segera ia mengirimkan semua informasi yang ia dapatkan kepada tuannya.

Me
* Mengirimkan video *
Namanya Arni, Arnirya Dellani
Club high stars tempat dia bekerja
Anak seorang penjabat. Lo pasti tau siapa penjabat yang udah ngelakuin penjualan organ manusia secara ilegal, dan korupsi besar-besaran 3 bulan lalu, sekarang dia kerja di perusahaannya tuan Nendra

Mr. Money
Oh, shit.
Perusahaannya tuan Nendra?

Me
Ya, yang jadi tukang parkir
Tapi sekarang udah di penjara, gara-gara nyuri ban mobil

Mr. Money
Saya tahu, itu sangat lucu.
Buat perempuan itu dipecat dari pekerjaannya bisa?

Me
Bonus?

Mr. Money
4 kali lipat

Me
Deal
Tunggu gue bawa kabarnya

"Permisi, mas."

Derick menoleh, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu mengangguk sambil berajak dari tempat ia bersender. Berjalan menjauhi perempuan tadi, ia tak peduli dengan tatapan kagumnya, Derick sudah bosan mendapatkan tatapan seperti itu. Kaki panjangnya melangkah menelusuri rak-rak aneka camilan, tujuannya adalah pintu keluar.

Pulang, kemudian tidur.

"Selamat siang, Tuan."

Kaki Derick berhenti dengan sendirinya. Suara yang ia dengar tadi itu adalah suara yang sangat ia kenali, hingga membuat dirinya terdiam di tempat. Derick sedikit menggerakkan kepalanya menoleh ke arah kiri, melihat sang pemilik suara itu berada di belakang rak camilan di depannya. Di tengah-tengah mereka dibatasi dengan rak tinggi berisi aneka camilan. Derick bisa melihat orang itu dari sela-sela rak tersebut.

"Saya sudah kirimkan semua hasil screenshot yang saya dapatkan, dan keanehannya terdapat pada pintu kaca balkon kamarnya. Ada jejak tangan yang tertinggal, Tuan bisa zoom foto yang saya kirimkan, hanya ada satu jejak tangan di sana."

"Baik, saya tidak melihat ada kepanikan dari raut wajahnya saat itu. Kemungkinan besar dia tidak tau kalau ada jejak tangan di pintu balkonnya."

Derick membalikkan tubuhnya saat melihat perempuan itu bergerak dan berjalan meninggalkan tempatnya. Tangannya terulur ke atas seolah-olah sedang memilih camilan-camilan seperti orang lain lakukan, Derick melakukannya senatural mungkin.

Hingga perempuan itu berjalan menjauhi rak dimana ia berdiri, baru Derick kembali melangkah. Mengikuti perempuan tadi.

Derick memberi beberapa jarak diantara keduanya, walau terdapat jarak diantaranya di tengah keramaian Derick masih bisa melihat punggung perempuan tadi dengan kedua mata tajamnya.

Hingga mereka keluar dari area supermarket, lagi, Derick berhenti beberapa langkah dari perempuan tadi. Ia bisa menebak jika perempuan itu sedang menunggu bus, karena sekeliling mereka juga ada beberapa orang yang tengah menunggu.

Tak ada yang tahu apa yang ingin Derick lakukan dengan mengikuti perempuan itu, tapi yang pasti Derick telah mengetahui 50% dari perempuan itu.

Dia bukan perempuan biasa yang terlihat pada umumnya.

"Shit." Derick mengumpat tiba-tiba.

Derick melirik sekilas perempuat itu, lalu ia segera berlari meninggalkan perempuan tadi, ia harus kembali ke area supermarket. Motornya masih ia parkir di sana.

Namun sayang, ia kalah cepat dengan lajunya mobil hitam yang tadi tertinggal di belakangnya. Sekarang sudah berada di depannya, Derick ingin berbalik dan berlari menjauh, tapi ia sadar perbuatannya itu hanya sia-sia.

Kedua tangannya ia angkat ke atas, bersamaan dengan teriakan orang-orang yang berada di sekitarnya. Tiga orang berbaju serba hitam muncul dari dalam mobil hitam tersebut, dua dari mereka menodongkan pistol ke arah Derick.

Derick terlihat seperti seorang buronan.

"Motor gue masih ada di parkiran supermarket," ucapnya dengan tenang. Tak terlihat raut panik, Derick malah menatap mereka malas.

"Kami akan mengantarkanmu kembali ke sini setelah urusanmu selesai."

"Gak usah sentuh gue kalo tangan lo masih pengen utuh," tekan Derick saat merasa salah satu dari mereka ingin menyeretnya.

Tanpa menunggu suruhan, Derick langsung membuka pintu mobil hitam itu sendiri, kemudian menutupnya dengan membanting pintu mobil itu ketika dirinya sudah terduduk di kursi penumpang. Disusul oleh tiga orang berbaju hitam yang kembali masuk mobil dan segera melajukan mobil hitamnya pergi.

Kerusuhan tadi sukses membuat semua orang berteriak ketakutan, dan tentu saja menarik perhatian orang-orang sekitarnya. Termasuk perempuan tadi yang tengah menunggu bus, pandangan matanya menatap mobil hitam yang kini perlahan menghilang dari pandangannya. Ia melihat semua, ia melihat kejadian itu.

Tatapannya sulit diartikan saat melihat Derick dengan santai masuk dan membanting pintu mobil tadi.

Tentu saja, ia juga mengenalnya.



°°°°°

NAGIH GAK NIH?!

Tebakan kalian siapa cewek yang Derick ikuti?!

Hello, Liebling!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang