Pagi ini, awan mendung yang memenuhi langit semalam telah memudar, digantikan dengan cerahnya sinar matahari. Jalanan kota yang semalam digenangi oleh derasnya air hujan kini telah menyusut, hanya menyisakan sedikit genangan di tempat-tempat tertentu.
Alric menatap pemandangan dibalik kaca besar di ruangan kantornya, melihat gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan beberapa burung yang berterbangan melewatinya, seakan membandingkan suasana hari ini dan kemarin malam.
Ternyata menghabiskan waktu dengan orang yang kita cintai tanpa ada jeda dan koma adalah hal yang paling menyenangkan di dalam hidup. Seperti yang dirasakan Alric kemarin malam, berbincang, bercanda, dan melakukan hal-hal konyol yang hanya Alric lakukan bersama Raina.
" .... Setelah rapat selesai ada pertemuan bersama beberapa direktur dari berbagai kota, kemudian dilanjut memeriksa beberapa properti perusahaan, setelah itu Tuan harus menandatangani beberapa kontrak kerja yang sudah kita setujui, dan terakhir--" ucapannya bergantung saat melirik Tuannya yang malah sedang asik melamun dan tersenyum sendiri.
Pria itu berdehem, "Terakhir jam makan siang, lalu setelahnya free."
Tidak ada sahutan.
Pria itu menatap Tuannya jengkel, pagi ini Tuannya sangat aneh. Dari perjalanan ke kantor selalu melamun, lalu tiba-tiba tersenyum sendiri, sedikit-sedikit dia melihat ponselnya, dan menghela napas.
Melihat masih tidak ada respon, pria itu meletakkan IPad yang dia bawa di atas meja kantor Alric yang beralas kaca, hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Rai--tidak sopan!" Alric menatap tajam asisten pribadinya.
Alric benar-benar dibuat terkejut.
"Lagian, didengerin kaga seh?" kesal asistennya.
"Bahasamu, Jack!" tegur Alric.
Jack memutar bola mata malas, lalu mengubah rautnya menjadi dingin. "30 menit lagi rapat."
Alric hanya mengangguk, lalu mengambil ponselnya, melihat tidak ada notif dia meletakkan ponselnya kembali.
"Hp teros," sindir Jack.
"Kamu tau ... Raina berubah, saya seperti mendapatkan jalan pintas setelah melewati banyaknya jalan buntu," ucap Alric dengan semangat.
Jack mengangguk menyetujui, beberapa hari ini Alric sering berbicara tentang Raina, berkata jika Raina banyak berubah, dari sikap, penampilan, dan cara dia berbicara.
Jauh dari sebelumnya.
"Kalo kau dan Raina benar-benar resmi, harus kasih saya hadiah," sahut Jack datar.
Alric mengerutkan alisnya. "Hadiah apaan? Yang berjuang siapa, yang diberi hadiah siapa, tidak masuk akal."
"Saya juga berjasa, Tuan," tekan Jack.
"Belum juga ada satu minggu," ledek Alric.
"Satu detik saja, itu sudah berharga bagiku. Jadi, coba hitung berapa detik saya sudah menghabiskan waktu demi untuk mendapat informasi tentang Raina," jelas Jack.
"Jadi, kamu tidak ikhlas melakukannya?"
"Jika tidak demi uang, ya tidak ikhlas."
"Bodoh! Mata duwitan."
Jack menatap datar Alric, dirinya sangat tidak memiliki rasa takut dengan atasannya ini. Bahkan jika dirinya didepak sekarang juga itu bukan masalah besar untuknya, toh, Alric nantinya juga akan memanggilnya dan menyuruhnya kembali.
Jangan berpikir Alric tidak pernah mendepak asisten tercintanya ini, berkali-kali bahkan.
Walau Jack bertindak seenaknya dengan Alric, tapi Jack tetap bisa diandalkan, bahkan sangat bisa diandalkan. Semua pekerjaan dikerjaan olehnya pasti selesai di waktu yang sudah ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Liebling!
ChickLit[ SELESAI ] Selamat membaca. sorry if there is a typo(s) Dia, Lorraina Vabella. Dia gadis cantik yang angkuh. Dia gadis manis yang sombong. Dia seharusnya sudah meninggal. Rencana busuk yang dilakukan adik angkat dan pacarnya, mengakibatkan nyawanya...