Empat

4.2K 204 191
                                    

"Jika dua orang ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi mana pun mereka berasal, pasti akan bertemu."

-Sarah Fatihah Ghazalah-

-Zaujati-

Selepas pulang sekolah Avan berniat untuk menjemput Agni. Saat sampai dan ingin mencari Agni, cowok itu melihat Agni dari kejauhan. Ketika Avan ingin memanggilnya, tiba-tiba seorang cowok di belakang Agni menyentuh pergelangan tangannya.

Tangan Avan terkepal melihatnya, bagaimana tidak? Calon istrinya disentuh oleh lelaki lain yang bukan mahramnya, tentu saja Avan kesal.

Avan memang tak mendengar dengan jelas apa yang sedang keduanya perbincangkan. Avan mengatur deru napasnya agar tenang, lalu melangkah mendekati Agni.

"Agni," panggil Avan membuat si gadis menoleh.

"Udah jemput?" Avan mengangguk. Agni melirik cowok di sampingnya. "Pak Arlan saya pulang dulu sama calon suami saya. Permisi, ayo."

Lengkungan senyum di bibir Avan tercipta ketika Agni memanggilnya dengan sebutan 'calon suami' itu berarti gadis ini sudah mengakui bahwa sebentar lagi keduanya akan menikah.

"Saya permisi, assalamualaikum," pamit Avan pada pak Arlan.

Pak Arlan menatap punggung Avan dan Agni yang mulai menjauh. Walaupun keduanya kelihatan saling menjaga jarak, tapi menurutnya keduanya kelihatan cocok, beda dengannya.

Pak Arlan menghela napas panjang. "Mungkin memang aku terlalu berharap."

***

Agni sedari tadi melirik Avan yang terlihat sangat berbeda dari biasanya, apakah cowok itu marah? Tapi marah kenapa? Perasaan Agni tak berbuat apapun yang bisa membuat cowok di sampingnya ini marah.

"Lo kenapa? Tuh muka ditekuk mulu," tanya Agni.

Sarah yang berada di kursi belakang melirik Agni dan Avan secara bergantian, ia geleng-geleng kepala. Belum menikah saja sudah ada masalah rumah tangga, apalagi setelah menikah?

Avan menghentikan mobilnya secara mendadak.

"ALLAHU AKBAR! Alah buset! Jangan rem mendadak ngapa," ujar Agni reflek sambil mengelus dadanya, kaget.

"Astaghfirullah, bang Avan bikin jantungan aja," tambah Sarah.

Avan menatap Agni dengan tatapan tajam. "Kenapa saat cowok tadi menyentuh kamu, kamu tidak menghindar?"

"Ya orang gue aja gak tau, lagian ya kita belum nikah jadi syarat nikah itu belum berlaku," balas Agni.

"Tapi kamu sudah menerima lamaran saya, jadi mulai hari itu juga syarat nikah yang saya buat sudah berlaku."

Agni mendengus kesal. "Nyebelin banget sih!"

"Nanti kalau ada cowok yang bukan mahram berani menyentuh kamu lagi, jangan dibiarkan, patahkan tangannya kalau perlu."

***

Agni mengerutkan kening ketika Avan datang membawa beberapa totebag, apa yang cowok itu bawa sebenarnya?

"Ini apa?"

"Buka saja."

Agni meraih satu totebag itu. Kening gadis itu berkerut ketika melihat isinya. "Ini—"

"Mulai besok kamu bisa memakai baju itu."

Agni mengeluarkan seragam sekolahnya, namun dengan versi panjang. Di dalamnya juga terdapat beberapa jilbab segiempat. Gadis itu melirik Avan dengan sorot mata bertanya.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang