"Kamu sudah menyukainya, cuma kamu belum menyadarinya saja."
-Dara Anantasya-
-Zaujati-Agni mengipasi badannya dengan tangan, sangat lelah karena dari tadi membantu ummi Flora dan mama Daun di dapur untuk acara nanti malam.
Dara duduk di sebelah Agni, membuat gadis itu menoleh. Agni tersenyum pada Dara, lalu melirik perutnya.
"Gue gak nyangka ada nyawa di dalam perut kakak," ujar Agni.
Walaupun perut Dara belum kelihatan membesar, tetapi Agni merasa gemas. Dara terkekeh mendengar ucapan Agni.
"Rasanya hamil gimana kak?" tanya Agni, penasaran.
"Rasain aja sendiri," balasnya sambil terkekeh, membuat Agni kesal. "Sudah ada pasangannya, tinggal bikinnya."
Agni menabok bahu Dara. "Kakak!"
"Pasti kamu sudah hapal doanya kan? Tinggal praktekin aja." Dara semakin menggoda Agni.
"Ih, udah deh kak! Gue belum siap."
Tatapan Dara berubah jadi serius. Wanita itu geleng-geleng kepala. "Kenapa kamu membuat Avan menunggu Agni? Dia itu lelaki normal, memerlukan nafkah batin juga."
Agni menunduk, ya mau bagaimana lagi? Gadis itu belum benar-benar siap untuk memberikan Avan hak sepenuhnya. Ditambah usianya masih terbilang cukup muda untuk hamil.
"Dengerin kakak, kamu sudah menjadi istrinya. Sudah kewajiban kamu untuk memberikan hak dia sepenuhnya. Sekarang kakak tanya, kalian menikah sudah berapa lama?"
Agni tampak berpikir. "Tiga bulan."
"Nah, jadi seharusnya kamu sudah memberikan hak Avan tiga bulan yang lalu."
"Tapi gue benar-benar belum siap kak, lagian Avan juga gak permasalahan kok. Dia gak bakal ngapa-ngapain gue sebelum gue siap."
"Iya, dia memang mengatakan seperti itu. Tapi apa kamu tau apa maunya?"
Agni terdiam. Dara memegang bahu Agni, kembali bicara padanya agar adiknya itu sadar kewajibannya sebagai seorang istri.
"Jangan membuat dia menunggu terlalu lama Agni."
***
Acara harlah pesantren malam ini dimulai, Agni duduk di sebelah Avan. Gadis itu melirik Avan lalu tersenyum dibalas oleh Avan. Mama Daun yang melihat itu ikut tersenyum.Mama Daun lalu melirik Dara dan Elang yang tampak sedang bercanda riang. Ia bangga melihat kedua putrinya, mama Daun merasa didikannya selama ini telah berhasil.
Acara dimulai oleh abi Abdul yang mengucapkan beberapa sambutan-sambutan kata, para santriwan juga menampilkan beberapa alat musik Hadroh membuat suasana menjadi semakin meriah.
"Agni, kamu mau makan apa?" tanya Avan yang berkeliling bersama Agni.
Agni melihat beberapa makanan yang sudah tertata di meja. "Kayaknya semuanya enak, semuanya aja boleh gak?"
Avan terkekeh mendengarnya sambil mengelus puncak kepala Agni gemas.
"Ning Agni, kalau boleh saya sarankan. Jangan berlebihan dalam makanan, jangan serakah," ujar ustadzah Naya yang datang entah dari mana.
Agni melirik ustadzah Naya. "Ustadzah kenapa sih dari kemarin sinis mulu sama saya? Lagian saya lagi ngomong sama suami saya, situ siapa tiba-tiba nyambung?"
"Agni ... " tegur Avan, namun tak didengar Agni.
"Sepertinya saran saya tidak diperlukan di sini, saya permisi, assalamualaikum," pamit ustadzah Naya.
![](https://img.wattpad.com/cover/308871303-288-k258102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAUJATI
Ficção Adolescente-Ana uhibbuki fillah, Zaujati- "Apa bisa anda menjamin jika saya menikah denganmu, saya akan mendapat surganya Allah?" "Saya hanya wajib membimbingmu dan berusaha membahagiakanmu, surgamu memang ada padaku, dan itu pun jika kamu taat kepadaku." Agni...