Tiga puluh lima

3.2K 180 25
                                    

Umur 15 tahun kebawah bisa di skip aja. Sy takut kalian ternodai😔☝️

***

"Kamu siapa?"

Deg.

Pertanyaan Avan membuat Agni membeku di tempat. Keluarga pun bingung mengapa setelah sadar Avan tidak mengenali istrinya sendiri?

"Van ... kamu benar-benar enggak ingat aku?" tanya Agni, memastikan.

Avan terus menatap Agni, sesaat kemudian lelaki itu terkekeh membuat semua orang bingung. Sementara Satria menganggap sahabat sekaligus bosnya itu sudah gila karena terlalu banyak tidur.

"Aku bercanda sayang," ujar Avan, masih terkekeh. Pertama kalinya memanggil Agni dengan sebutan 'sayang'.

Agni memukul lengan Avan, membuat lelaki itu mengerang kesakitan. "Aduh, sakit sayang. Suami baru sadar kenapa dipukul?"

Agni yang menyadari itu langsung mengelus lengan Avan yang ia pukul. "Maaf, maaf. Lagian kamu ngagetin aku sih. Pake bilang gak kenal aku siapa."

Agni cemberut malah justru membuat Avan semakin gemas saja. Avan melirik sekitar, ia baru sadar ada ummi Flora, mama Daun, Sarah, dan juga Satria.

"Bu nyai, Sarah, Tante Daun, sepertinya kita tidak dibutuhkan lagi di sini, lebih baik ayo kita pergi," ujar Satria.

Ketika mereka semua pergi, dokter Hamzah datang untuk memeriksa. Ia meminta Agni untuk meninggalkan dokter Hamzah dan Avan sendiri. Tetapi, wanita berbadan dua itu menolak.

"Agni, cuma sebentar kok," bujuk Avan.

"Nanti kalau kamu benar-benar gak inget aku gimana? Nanti gimana sama bayi kita?" Mengelus perutnya.

Avan terkekeh. "Tidak akan, Agni."

Agni menghela napas pasrah, melirik dokter Hamzah. "Dokter, kalau terjadi apa-apa dengan Avan kabari saya ya."

Dokter Hamzah mengangguk mengiyakan, sementara Agni keluar ruangan sebentar. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya dokter Hamzah mempersilahkan semua orang untuk masuk.

"Ummi senang kamu sadar nak," ujar ummi Flora, mengelus puncak kepala Avan.

Avan tersenyum. "Iya ummi."

Agni menggenggam erat tangan Avan, seolah tak ingin membiarkan suaminya itu lepas darinya, membuat lelaki itu tersenyum.

"Avan, ketika kamu sedang tidak sadarkan diri, Agni terus menjaga kamu di sini. Bahkan rela bolak-balik dan mengerjakan tugas kuliahnya di sini saat keadaannya tengah hamil," ungkap ummi Flora.

Avan menatap Agni, mengusap punggung tangan Agni dengan lembut. "Maaf, gara-gara aku kamu jadi harus bolak-balik."

"Enggak papa, lagian kan keadaan kamu kayak gini gara-gara nolong aku dari pak Arlan."

"Pak Arlan?" sahut mama Daun. "Memang ada apa dengan dia?"

"Maaf Tante Daun, biar saya yang bercerita. Kemarin Agni sempat diculik oleh salah satu klien Avan, yaitu Selena. Dia menculik Agni bersama pak Arlan, guru Agni sewaktu SMA," jelas Satria.

"Avan meminta saya dan Sabrina untuk membantunya mencari Agni, sampai Selena menelpon Avan dan meminta untuk menikah dengannya. Tentu saja Avan menolaknya."

"Selain itu, pak Arlan juga melamar Agni untuk menikah dengannya. Agni juga menolak. Sampai Avan datang. Pak Arlan dan Avan bertengkar hingga pak Arlan memukul kepala Avan menggunakkan tongkat besi."

Satria menceritakan semuanya secara detail. Mama Daun dan ummi Flora terkejut mendengarnya. Mama Daun langsung memeluk putrinya erat.

"Ya Allah sayang, tapi kamu gak papa kan?" tanya mama Daun, menatap Agni dari atas sampai bawah, memastikan putrinya itu baik-baik saja.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang