Sepuluh

4.2K 212 103
                                    

"Gue gak berminat sama tawaran lo. Gue juga gak akan biarin ada orang yang ganggu hubungan mereka."

–Bumi Aldebara–

–Zaujati–

Dara duduk santai sembari menyesap kopi yang ia pesan. Saat ini gadis itu sedang menunggu seseorang di salah satu cafe di kota Jakarta.

Dara tersenyum ketika melihat seorang lelaki berjalan menghampirinya, gadis itu meletakkan kopi yang tadi ia minum ke atas meja.

"Akhirnya kamu datang juga," ujar Dara sambil tersenyum.

Lelaki itu tampak menghela napas. "Kenapa lo panggil gue ke sini?"

"Duduklah dulu."

Lelaki itu menurut. "Ada apa?"

"Selama dua belas tahun berteman dengan Agni." Melirik lelaki di depannya. "Apakah kamu mempunyai rasa dengannya, Bumi Aldebara?"

Lelaki yang dipanggil Bumi itu mengerutkan kening, sebenarnya apa maksud ucapan kakak Agni ini?

"Kenapa lo tanya itu?"

Dara bersender di kursi. "Dua belas tahun bersama, tidak mungkin kan kamu tidak mempunyai rasa sama sekali pada Agni?"

"Bicara yang jelas."

Dara tersenyum. "Aku bisa membantumu untuk memisahkan Agni dan Avan jika kamu memang benar-benar menyukai Agni."

Bumi tampak terkejut mendengarnya. "Kenapa harus memisahkan mereka?"

"Karena kamu menyukainya."

Bumi menatap Dara intens. "Gue yang suka sama Agni, atau lo yang suka sama Avan?"

Dara terkekeh. "Rupanya kamu sangat peka."

"Gue gak berminat sama tawaran lo." Bumi beranjak pergi. Namun, baru satu langkah, lelaki itu berbalik.

"Gue juga gak akan biarin ada orang yang ganggu hubungan mereka."

***

Sepanjang hari Avan terus memikirkan alasan Agni mau membatalkan pernikahan mereka, sampai-sampai banyak berkas menumpuk di atas meja kerjanya.

Sekertaris Avan kembali masuk dengan beberapa berkas, melihat beberapa berkas masih tak disentuh oleh Avan membuat lelaki itu menghela napas.

"Gue tau lo itu bos gue, tapi jangan buat kerjaan gue makin numpuk dong," ujar lelaki itu sambil meletakkan beberapa berkas lagi di atas meja kerja Avan.

Avan melirik sekretarisnya. "Saya sibuk."

"Sibuk mikirin calon istri? Gue tau lo mau nikah, cuma ya kalau kerjaan makin numpuk gini pernikahan lo bisa ditunda."

Avan menghela napas. "Saya harus bagaimana Sat? Saya belum juga mendapat titik terang alasan Agni tidak mau menikahi saya."

Lelaki yang dipanggil 'Sat' itu mengelus punggung sahabat sekaligus bosnya. "Sabar Van, pasti menjelang pernikahan banyak cobaannya."

Avan melirik sahabatnya. "Menurutmu saya harus bagaimana?"

"Menurut gue sih lo diem aja kata gue, maksud gue kayak lo nyewa orang gitu biar awasin Agni, atau detektif. Lo kan orang kaya Van. Gimana? Idenya abang Satria mantep kan?"

Avan menghela napas panjang, sepertinya ia bertanya pada orang yang salah. Kenapa juga Satria harus memberi saran untuk menyewa detektif.

"Udah jangan kebanyakan mikir, selesaikan tugas lo, biar cepet kelar. Gue ke ruangan gue lagi."

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang