Lima belas

4.1K 192 110
                                    

"Saya tidak peduli apa yang terjadi setelah itu. Tetapi yang saya tau, saya dan kamu itu berjodoh."

–Muhammad Avan Ghazalah–

–Zaujati–

Mobil hitam milik Elang kini sudah siap. Sepasang suami-istri yang baru saja menikah ini berniat untuk pergi ke Aceh, tempat tinggal Elang. Sementara Dara hanya menurut saja pada sang suami.

Kini keluarga ndalem pesantren turut hadir untuk berpamitan pada keduanya. Termasuk Agni yang kini menatap Dara sedih. Walaupun keduanya tak terlalu dekat, namun tetap saja. Dara adalah kakak Agni. Tentu saja Agni sedih kakaknya pergi meninggalkannya.

"Agni, kakak pamit ya. Jaga diri kamu baik-baik," pesan Dara, tersenyum pada adiknya.

"Kak Dara beneran mau pergi ninggalin Agni?" tanya Agni, matanya berkaca-kaca.

Dara tersenyum, menghapus air mata Agni yang mulai turun. "Jangan cengeng dong, kakak kan sekarang udah jadi seorang istri, jadi kemanapun suami kakak pergi, kakak juga harus ikut."

"Nanti kalau kakak pergi, nggak akan ada yang gangguin kamu sama suami kamu lagi," bisik Dara. "Mungkin dengan tidak adanya aku masalah mu akan berkurang dan akan lebih bahagia." Melirik Avan sekilas.

"Kak Dara ... gue gak merasa terganggu kok sama kehadiran kak Dara di sini. Malah gue penginnya kak Dara di sini terus."

Dara tersenyum, lalu melirik Avan. "Gus Avan, tolong jaga adik saya ya."

Avan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kami berdua pamit dulu ummi, Abi, Rah, Gus, Ning," pamit Elang pada semuanya.

Ummi tersenyum. "Hati-hati ya, kalian berdua jangan lupa jaga kesehatan. Buat kamu Elang, jangan telat makan. Kamu soalnya suka telat makan." Melirik Dara. "Jaga Elang ya nak, ummi yakin kamu bisa."

Dara mengangguk, menyalami tangan ummi Flora. "Dara pamit ummi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah dirasa sudah berpamitan, sepasang pasutri itu beranjak memasuki mobil. Kendaraan yang mereka naiki kini sudah pergi menjauh dari pesantren Al Barokah.

Sarah, ummi Flora, dan Abi Abdul sudah masuk ke ndalem. Mama Daun dan papa Ranting pun sudah pergi, kini tinggal Avan menunggu Agni yang masih diam di tempat.

"Ayo kita masuk," ajak Avan, yang diangguki oleh Agni.

***

Avan melirik Agni yang sedari tadi melamun, bahkan saat Sarah dan Tsurayya mengajaknya untuk keluar, Agni menolaknya dan memilih untuk diam di kamar.

Agni menoleh ketika merasa ada yang duduk di sebelahnya. Siapa lagi jika bukan Avan, suaminya.

Agni menghela napas panjang. "Lo tau nggak Van? Gue sayang banget sama kak Dara. Walaupun gue sama kak Dara nggak terlalu deket karena kak Dara sering banget nggak di rumah. Salah satunya karena kuliah di Kairo."

Avan terus mendengarkan Agni bercerita tanpa memotongnya sedikitpun. Lelaki itu senang karena Agni mau bercerita padanya tentang perasaannya.

"Gue tau, pasti jadi kak Dara nggak mudah. Dia cewek yang mandiri, sopan, penyayang. Berbanding terbalik sama gue yang manja, petakilan, dan gue juga nggak sesopan kak Dara."

Agni menoleh. "Gue masih bingung kenapa kita bisa menikah. Gue tau, pasti tipe lo jauh banget dari sifat gue kan?"

Avan berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Tapi, ada satu sifat yang saya suka dari kamu."

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang