Acara empat bulanan Agni berlangsung di pesantren Al Barokah. Seharusnya Avan tidak ikut, karena baru pulih dari komanya.
Agni sudah meminta Avan untuk tidak pulang dari rumah sakit. Namun, lelaki itu menolak. Ia mau menghadiri acara empat bulanan bayinya itu.
Dan sekarang, keduanya sedang duduk dan mengikuti acara empat bulanan Agni dengan gembira. Di sana sudah ada para ustadz dan ustadzah, keluarga ndalem, serta Satria dan kedua orang tua Agni. Tak lupa juga dengan para santriwan dan santriwati.
"Selamat ya bu bos, udah empat bulanan aja," ujar Satria, duduk di sebelah Avan.
"Terima kasih," balas Agni.
Tak lama Sabrina datang, namun penampilannya beda saat ini. Perempuan itu datang menggunakkan kerudung, Avan bisa melihat Satria menatap Sabrina tanpa berkedip sedikitpun.
Avan berbisik, "Kalau suka halalin."
Lamunan Satria buyar, ia melirik Avan kesal. "Siapa bilang gue suka sama cewek somplak kayak dia?"
Avan terkekeh. "Tanyakan saja pada hatimu, karena hati tidak akan pernah salah."
"Idih, sok iye aja lo."
Avan hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia tau Satria sudah menyukai Sabrina semejak keduanya sering bersama, apalagi ketika beberapa insiden kemarin, keduanya selalu bersama. Maka tidak heran jika Satria mulai menaruh rasa pada Sabrina.
Setelah dirasa semuanya sudah berkumpul, mereka memulai acara pengajian yang bertujuan mendoakan buah janin tersebut agar menjadi anak yang shaleh atau sholehah.
Beberapa menit, acara pengajian telah selesai. Kini semuanya dipersilahkan untuk makan di tempat. Seperti Sabrina saat ini, ia sudah menyiapkan sepiring makanan untuknya, namun malah terus menatap ustadz Kobul yang sedang berbincang dengan seseorang.
Agni duduk di sebelah Sabrina, ia mengerutkan kening ketika melihat perempuan itu hanya diam, tak menyentuh makanannya sama sekali. Agni mengikuti arah pandang Sabrina, setelah tau apa yang Sabrina perhatikan, Agni geleng-geleng kepala.
"Segitu sukanya lo sama ustadz Kobul?" tanya Agni, membuat Sabrina terpelonjat kaget.
Sabrina mengelus dadanya. "Lo bisa gak sih dateng-dateng gak usah kagetin?"
Agni menghela napas. "Sab, kan gue udah bilang jangan suka sama orang berlebihan."
"Ya mau gimana lagi? Orang gue suka sama dia, gue gak bisa kontrol diri gue sendiri."
"Ya udah, kalau gitu ungkapin. Siapa tau dia juga suka sama lo dan akhirnya lamar lo."
Ucapan Agni membuat Sabrina menoleh, berbinar menatap wanita berbadan dua itu.
"Lo bener banget Ag! Gue harus cepet-cepet sampein perasaan gue." Meletakkan piring makanannya yang masih utuh.
"Lo mau kemana?" tanya Agni ketika Sabrina hendak pergi.
"Nyatain perasaan gue."
"Sekarang?" Sabrina mengangguk antusias.
"Doain."
Setelah mengatakan itu, Sabrina berjalan mendekati ustadz Kobul. Sementara Agni hanya mengamati interaksi antara keduanya.
"Hai ustadz," sapa Sabrina.
Ustadz Kobul menoleh. "Waalaikumsalam."
"Eh, assalamualaikum," ujar Sabrina, menggaruk tekuk lehernya yang tertutup hijab.
"Waalaikumsalam." Ustadz Kobul memperhatikan baju dan hijab yang dikenakan Sabrina, membuat perempuan itu jadi salah tingkah sendiri.
"Kenapa ustadz? Kayaknya ngelihatin saya gitu banget."

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAUJATI
Novela Juvenil-Ana uhibbuki fillah, Zaujati- "Apa bisa anda menjamin jika saya menikah denganmu, saya akan mendapat surganya Allah?" "Saya hanya wajib membimbingmu dan berusaha membahagiakanmu, surgamu memang ada padaku, dan itu pun jika kamu taat kepadaku." Agni...