Tiga puluh tiga

2.8K 169 32
                                    

Jumat kemarin ada yang nungguin update tapi ga update-update kah?

Hari ini mauw double up ga??

Iitss tdk semudah itu kawan!

Janji dulu bakal komen di setiap paragraf, hehew.

Jadi gausah berlama-lama.

Happy reading!!

***
Selena terus menatap Agni dengan wajah datar, sementara wanita berbadan dua itu memasang muka ketakutan.

"Please Sel! Tolongin gue!" Mengguncang tubuh Selena.

Agni langsung bersembunyi di belakang punggung Selena ketika seorang lelaki datang menghampirinya tanpa melihat siapakah lelaki itu. Agni terlalu ketakutan.

Lelaki itu dan Selena saling pandang. Tak lama Selena tersenyum pada lelaki itu, menyeret Agni agar keluar dari tempat persembunyiannya. Menghempaskan tubuhnya hingga menabrak dada bidang lelaki itu.

Agni meringis, lalu mendongak. Wanita itu terkejut ketika mendapati lelaki yang sangat ia kenali berada di sana. Agni lalu melihat setiap inci rumah itu.

Agni baru sadar ternyata ia sedang berada di rumah lelaki itu, Arlan Nathanio. Sungguh wanita itu merasa bingung. Mengapa ia disekap di rumah gurunya sendiri? Ralat guru Agni semasa SMA.

Arlan mencekal tangan Agni. Melempar senyum pada Selena. Melirik tajam para suruhannya untuk menjaga Agni.

"Kalian, bawa dia ke dalam."

"Baik bos!" Kedua lelaki bertubuh besar itu memegang tangan Agni di kiri dan kanan.

Agni memberontak. "Sel tolongin gue Sel, please, SEL TOLONGIN GUE!"

Ketika Agni sudah dibawa jauh oleh para orang suruhan Arlan. Arlan dan Selena berpelukan. Lalu kemudian, Selena melepas pelukan itu.

"Gimana keadaan om sama Tante di Amerika kak?" tanya Selena.

Arlan. "Baik, mereka kangen sama keponakannya. Kapan lo main?"

Tidak ada yang tau bahwa Selena dan Arlan saudara sepupu. Kebanyakan orang hanya tau bahwa Selena hanyalah sebatang kara. Nyatanya, wanita itu memiliki paman dan bibi yang sekarang berada di luar Negeri.

"Kak gue mau tanya, kenapa lo suka sama Agni?"

Arlan terkekeh. "Terus kenapa lo juga suka sama Avan?"

Selena tersenyum. "Gue suka dia sejak pertama kali bertemu."

"Senang dapat bekerja sama dengan anda," ujar Selena, mengulurkan tangannya.

Avan hanya tersenyum tanpa berniat menerima uluran tangan kliennya. "Terima kasih."

Merasa aneh, Selena menarik kembali uluran tangannya. Melirik Avan kembali. "Kenapa pak Avan tidak mau menjabat tangan saya?"

"Sebelumnya saya minta maaf telah membuat anda tersinggung, tapi karena kita bukan mahram jadi saya tidak mau menerima jabatan tangan dari anda," jelas Avan.

Avan melirik jam tangannya. "Sepertinya sudah cukup sampai di sini, saya permisi, assalamualaikum."

Avan beranjak pergi bersama sekretarisnya. Selena terus menatapnya punggungnya yang kian menjauh.

Selena itu menarik sudut bibirnya. "Menarik."

Arlan mengangguk mengerti, ternyata karena itu saudaranya menyukai Avan. Selena melirik Arlan.

"Terus lo kak?"

Arlan tersenyum. "Agni beda dari wanita yang lain, dia berani, nakal, cantik, dan menarik. Gue udah menyukai dia sejak lama."

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang