Empat puluh enam

2.8K 155 3
                                    

Ummi Flora melirik Avan dan Agni secara bergantian. Semenjak ia datang ke rumah, mereka selalu saja diam. Tidak seperti biasanya. Pasti ada yang tidak beres.

"Mi, Avan berangkat dulu," pamit Avan, hendak mencium tangan ummi Flora. Bukannya memberikan tangannya untuk dicium, ummi Flora malah melirik Agni.

"Agni, kamu sedang marahan dengan Avan?"

Avan dan Agni saling pandang.

"Tanya aja sama anak ummi," balas Agni, sambil menimang-nimang Gaffi.

Ummi Flora beralih menatap Avan. "Van."

Avan melirik Agni. "Tadi saat sedang sarapan, Agni tiba-tiba saja marah sama aku. Dia bilang jika aku selalu mengatainya jelek, tetapi Avan tidak merasa mengatainya jelek."

"Bohong banget, jelas-jelas kemarin malam sama tadi pagi kamu bilang aku jelek," ujar Agni, semakin kesal.

"Van, apapun keadaan istri kamu saat ini, dia masih tetap istri kamu. Jadi kamu jangan selalu mengatakan dia jelek, karena dia masih istri kamu. Tidak baik loh mengatai istri sendiri, apalagi melukai perasaannya," jelas ummi Flora.

Avan menggaruk kepalanya, bingung dengan keadaan ini. Sementara Agni tersenyum senang, ia merasa menang dari Avan.

"Tuh dengerin," celetuk Agni.

"Yang jadi pertanyaan, kapan aku bilang kamu jelek?"

Agni berdecak. "Kemarin malam sama tadi pagi kamu panggil aku habibati kan? Habibati artinya jelek kan? Dikira aku bego kali."

Avan dan ummi Flora saling pandang. Beberapa detik kemudian, keduanya kelihatan menahan tawa. Agni yang melihatnya malah bingung sendiri, apakah ia salah bicara?

"Kamu tau dari mana kalau habibati artinya jelek?" tanya Avan masih menahan tawa.

"Waktu ... "

"Ohh ... gitu ... yaudah deh ulang."

Avan lagi-lagi terkekeh. "Ana uhibbuki fillah, habibati."

Agni berdecak. "Habibati artinya apa lagi?"

Avan tertawa. Lelaki itu cukup puas mengerjai istrinya. "Kamu jelek."

Avan baru ingat dengan hal itu. Padahal kan lelaki itu hanya berniat bercanda, tetapi mengapa malah dianggap serius oleh Agni?

Ummi Flora duduk di sebelah Agni. "Sayang, arti  habibati yang sebenarnya itu bukan kamu jelek, tapi artinya cintaku, namun digunakan untuk perempuan."

"Sedangkan arti cintaku untuk laki-laki adalah habibi. Paham?" lanjutnya.

Agni mengigit bibir bawahnya, melirik Avan sekilas. "Berarti Agni salah ya, Mi?" Ummi Flora mengangguk. "Ya maaf, kan Avan jelasinnya itu artinya, Agni kira beneran, eh ternyata bercanda."

Avan geleng-geleng kepala. "Tidak apa-apa."

"Eh tapi, arti cintaku untuk laki-laki itu habibi? Pantes aja kemarin malam Avan ngode aku panggil habibi."

Avan terkekeh. "Tapi pas aku balas, kamu malah timpuk aku pakai bantal."

Ummi Flora ikut tertawa mendengarnya. Syukurlah anak dan menantunya akur. Ummi Flora geleng-geleng kepala setelah tau penyebab Agni marah.

Walaupun sudah menjadi seorang ibu, tetapi tetap saja, jiwa polosnya masih melekat. Cocok bersanding dengan Avan yang sudah agak dewasa.

"Van, ayo cepat berangkat. Nanti kamu terlambat loh. Nanti biar ummi yang jaga Gaffi," ujar ummi Flora yang diangguki oleh Agni.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang