Empat belas

3.8K 182 99
                                    

"Derajat manusia di mata Allah itu sama, cuma tingkat keimanan aja yang beda."

–Agni Anantasya–

–Zaujati–

Di depan kamarnya Agni menoleh pada Tsurayya.

"Makasih Tsu, udah anterin gue ke kamar."

"Afwan Ning, Tsurayya."

"Kepanjangan, gue panggil lo Tsu aja ya. Btw lo umurnya masih belasan kan?"

Tsurayya mengangguk. "Saya masih delapan belas tahun Ning."

"Wah, seumuran dong? Bisa dong jadi temen gue."

"Boleh Ning?"

"Loh, kenapa enggak?"

"Karena Ning Agni adalah seorang Ning, saya enggak percaya aja diajakin berteman sama Ning."

Agni geleng-geleng kepala. "Kenapa enggak? Kita kan sama-sama manusia."

"Derajat manusia di mata Allah itu sama, cuma tingkat keimanan aja yang beda," lanjut Agni membuat Tsurayya kagum.

"Wah, Gus Avan beruntung punya istri seperti Ning Agni, tidak sombong," ujar Tsurayya.

Agni terkekeh, mengambil sikap seperti orang mengibaskan rambut, padahal mah menggunakkan jilbab.

"Iya dong, istrinya cantik kayak gini kok gak beruntung."

"Saya akan jauh lebih beruntung jika kamu menjadi wanita yang cantik dan sholehah. Bukan hanya cantik dari luar, namun juga cantik dari dalam."

Ucapan itu membuat kedua gadis yang sedang berbincang menoleh, melihat Avan yang baru saja datang. Tsurayya langsung menundukkan pandangan.

"Gus Avan sudah datang, saya pergi dulu ya Ning, assalamualaikum," pamit Tsurayya. Pergi begitu saja meninggalkan Avan dan Agni.

Agni menatap Avan sinis. "Ngapain lo?"

"Masuk."

"Gak boleh! Ini kamar gue."

"Kamar kita."

"Gak mau tau pokoknya ini kamar gue!"

Avan menghela napas panjang. "Lalu saya harus tidur di mana?"

"Ya minta kamar lagi lah sama ummi, nggak mungkin kan ummi nolak."

"Kita sudah menjadi suami istri Agni, jadi untuk apa saya minta kamar lagi?"

"Pokoknya gak boleh!"

Lagi-lagi Avan menghela napas pasrah. "Baik, saya istirahat di masjid saja kalau begitu."

Ketika Avan beranjak pergi, Agni meraih tangannya. "Lo beneran mau tidur di masjid?"

Avan mengangguk. "Lepas."

"Ya tapi lo jangan di masjid juga."

"Kenapa? Masjid kan rumah Allah, jadi siapapun berhak untuk tidur di sana."

Agni mengecutkan bibirnya. "Dari pada di masjid lo ke kamar aja deh, nanti lo malah tidur di lantai kayak kemarin, lagi."

Avan tersenyum. "Jadi boleh?"

Dengan berat hati Agni mengangguk, Avan langsung berlari ke dalam sebelum Agni berubah pikiran membuat gadis itu menggerutu sambil berjalan masuk.

"Punya suami kok sukanya ngancem mulu."

***

Semua santri dan santriwati beserta para pengurusnya sedang menunggu kedua pasangan yang baru saja menikah. Bukan hanya Avan dan Agni, namun resepsi pernikahan juga untuk Elang dan Dara juga. Karena keduanya sudah menikah, jadi dibarengi saja sekalian.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang