EXTRA PART

3.2K 114 9
                                    

MasyaAllah, thanks to 100k readers!!

Ada trailernya nihh, semoga bisa mengobati rasa kangen kalian sama couple Avan-Agni

Selamat membaca part yang paling akhir ini yapsss!!!

***

"Selamat atas kelahiran anak kedua kakak."

"Iya kak, selamat," tambah Sabrina.

Dara mengangguk. "Makasih Sab, Ag."

Agni tersenyum. Saat ini wanita itu sedang menjenguk Dara yang telah melahirkan anak keduanya dengan Elang. Agni datang bersama Sabrina.

Agni melirik jam tangannya. "Kayaknya aku udah terlambat, aku pamit ya."

"Gue juga sekalian pamit kak," ujar Sabrina.

"Kok buru-buru banget? Padahal kalian baru sebentar di sini."

Agni terkekeh. "Aku pamit ya kak, assalamualaikum."

Setelah berpamitan dengan Dara, Agni dan Sabrina berjalan keluar. Keningnya berkerut ketika melihat pak Arlan sedang berada di depan ruang inap dengan menggendong bayi.

Agni dan Sabrina saling pandang, perlahan berjalan mendekat. "Assalamualaikum."

Pak Arlan menoleh. "Waalaikumsalam. Agni, kamu kok bisa ada di sini?"

"Saya baru saja menjenguk kakak saya, pak Arlan ngapain di sini?"

Lelaki itu melirik ke dalam ruangan. Agni dan Sabrina yang penasaran ikut meliriknya, bisa mereka lihat ada seorang wanita terbaring lemah di atas ranjang dengan selang oksigen di hidungnya.

"Ustadzah Naya?" gumam Agni, mengenali wanita itu.

"Dia istri saya." Perkataan Pak Arlan membuat Agni menoleh. Terdengar helaan napas keluar dari hidungnya. "Dia menderita kanker hati, kondisinya memprihatinkan, dia membutuhkan donor hati."

"Mampus kena penyakit hati, berani fitnah Agni sih," gumam Sabrina, membuat Agni mencubit lengannya. "Aw, sakit Ag."

"Ustadzah Naya sedang kena musibah, gak boleh ngomong kayak gitu," bisik Agni pada Sabrina.

"Ini tuh karma dari Allah, dia kena azab karena berani-beraninya fitnah lo. Mau ngerebut Avan dari lo lagi," balas Sabrina yang juga berbisik.

"Iri hati sih, jadi penyakit kan," lanjutnya masih berbisik.

Agni berdesis. "Sst, diam Sab."

Sabrina akhirnya diam. Walaupun masih dongkol dengan perbuatan ustadzah Naya dulu.

"Jika tidak ada yang mendonorkan hatinya, maka dia akan ... " Mnggantungkan ucapannya.

Agni melirik bayi di gendongan pak Arlan. "Dia anak kalian?"

Sabrina ikut melirik bayi di gendongan pak Arlan. Sabrina mau ustadzah Naya dihukum seperti itu, tetapi kasihan juga bayinya.

Pak Arlan mengangguk. "Dia baru berumur satu bulan. Dan lihat ibunya, dia sedang terbaring lemah."

Agni menatap bayi itu kasihan. Ia ingin membantu, tapi tak mengerti bagaimana caranya. Walaupun ustadzah Naya pernah berbuat buruk padanya, namun tetap saja. Anaknya membutuhkan kasih sayang ibunya, apalagi anaknya masih sangat kecil.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang