Delapan belas

3.7K 185 41
                                    

"Jangan kenal sama ibu-ibu di sini, tukang nyinyir semua."

–Agni Anantasya–

–Zaujati–

Tok.. tok...

Suara ketukan pintu membuat Agni terbangun, ia melirik jam dinding yang ternyata sudah jam sebelas malam. Saat ini Agni sedang menunggu Avan untuk pulang, entah mengapa Agni tak bisa tidur jika tidak ada Avan di sampingnya.

Mungkin saja Avan sudah pulang, gadis itu beranjak dari sofa dan membuka pintu. Gadis itu tersenyum ketika mendapati suaminya telah pulang.

"Ass-" ucapan salamnya terhenti saat melihat penampilan Agni.

Gadis itu membuka pintu tanpa memakai jilbab atau kerudung terlebih dahulu. Langsung saja Avan menutup dan mengunci pintu rumahnya.

"Lo udah pulang?" tanya Agni, mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Avan dengan mata mengantuk.

"Assalamualaikum," salam Avan yang tadi sempat tertunda.

"Waalaikumsalam," balas Agni masih dengan mata yang kantuk.

Avan mencium dahi Agni. "Kenapa tidak memakai jilbab dulu sebelum membuka pintu? Bagaimana jika yang datang bukan saya?"

Agni meraba kepalanya. "Maaf, gue ngantuk tadi nggak sempet ambil jilbab."

"Ya sudah sekarang kamu tidur, saya mau bersih-bersih dahulu."

"Lo udah makan?"

Avan mengangguk. "Sudah, kamu?"

Gadis itu menggeleng. "Gue nungguin lo."

Avan geleng-geleng kepala. "Kenapa menunggu saya?"

"Soalnya gue gak bisa makan sendirian huahh," ujar Agni, menguap.

Avan menutupi mulut Agni yang terbuka ketika menguap. Karena saking mengantuknya mungkin Agni lupa untuk menutup mulutnya.

"Sudah sholat isya?"

Agni lagi-lagi menggeleng.

"Sholat isya dulu sana, saya bikinin makanan."

Agni mengangguk menurut, berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya.

***

Selesai sholat isya, Agni kembali ke dapur. Gadis itu tersenyum ketika melihat Avan sedang sibuk memasak. Bahkan di saat suaminya lelah sepulang kerja pun masih menyempatkan waktu untuk membuatkannya makanan.

Mungkin jika suami Agni bukan Avan, pasti rumah tangganya akan selalu dipenuhi dengan pertengkaran. Avan sangat sabar dan penurut. Agni yang dulunya mengeluh karena akan menikah dengan Avan, kini malah bersyukur setelah menikah dengannya.

Merasa diperhatikan Avan menoleh. "Agni, ngapain di sana? Ayo duduk."

Agni mengangguk, duduk di meja makan. Avan ikut duduk di samping Agni.

"Masak apa?" tanya Agni.

"Nasi goreng." Avan melirik jam dinding. "Sudah jam dua belas kurang, kamu tidak apa-apa makan?"

Alis Agni berkerut. "Loh emangnya kenapa?"

"Tidak takut gendut? Katanya jika makan jam sembilan malam lebih badan bisa gendut."

Agni terkekeh. "Buat apa takut gendut? Yang penting kan sehat."

Avan tersenyum mendengarnya. Ternyata istrinya ini tidak gila diet seperti gadis lain. Senyum Avan mengembang ketika melihat Agni makan dengan lahapnya.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang