Tiga puluh sembilan

2.8K 182 83
                                    

Hari ini jadwal update ya?

LUPAA, gada yang ngingetin😭

***

"Saya pilih yang ini aja mbak."

Seorang wanita penjaga toko emas itu mengangguk. Hari ini Satria memutuskan untuk membeli cincin dan melamar Sabrina, seperti yang Avan sarankan.

Satria mengambil bungkusan yang berisi cincin setelah membayar ke kasir. Lengkungan senyum tercipta di bibirnya. Hari ini juga ia harus bisa menyatakan cintanya pada Sabrina.

"Semoga lo terima lamaran gue, Sab."

***

"Ustadz Kobul!"

Lelaki yang dipanggil ustadz Kobul itu menoleh, mendapati wanita yang sering bersama Agni berlari ke arahnya. Siapa lagi jika bukan Sabrina?

"Waalaikumsalam."

"Assalamualaikum," salam Sabrina dengan napas terengah-engah.

"Waalaikumsalam." Mengerutkan kening ketika melihat Sabrina tampak kelelahan. "Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Sabrina berusaha menetralkan deru napasnya. "Ada yang mau saya bicarakan Tadz."

"Tentang?"

"Perasaan saya."

Alis ustadz Kobul semakin berkerut. "Maksud kamu?"

"Saya menyukai ustadz Kobul."

Dari kejauhan Satria dapat melihat pemandangan yang tidak mengenakkan, tanpa sadar cincin yang berada di tangannya jatuh begitu saja.

Rasa sesak menyeruak di hati Satria. Satu fakta yang tak akan bisa lelaki itu rubah. Sabrina mencintai orang lain.

Tanpa menunggu jawaban dari ustadz Kobul, Satria berjalan menjauh. Meninggalkan cincin yang ia beli untuk melamar Sabrina.

Satria rasa, tidak ada gunanya mengambil cincin yang pemiliknya saja tidak akan mau memakainya.

Lelaki itu kembali ke mobil putihnya. Melajukannya entah kemana, pikirannya tak karuan.

"Kenapa gue harus suka sama lo, Sab?"

***

Agni mengamati raut wajah Sabrina. Sedari tadi wanita itu tampak murung, ada apa dengan sahabatnya itu?

"Kenapa lo?"

Terdengar helaan napas dari mulut Sabrina. "Kayaknya gue emang harus bener-bener mundur."

Agni mengerutkan kening. "Maksud lo?"

Sabrina menatap Agni, mulai menceritakan pertemuannya dengan ustadz Kobul tadi pagi.

"Saya menyukai ustadz Kobul."

Ustadz Kobul tampak terkejut mendengarnya. Terlihat dari raut wajah Sabrina bahwa ia benar-benar menyukai ustadz Kobul.

"Maaf?"

"Saya benar-benar menyukai ustadz, bahkan dari sejak pertama kali kita bertemu sampai sekarang pun saya masih menyukai ustadz," ungkap Sabrina dengan mata berbinar.

Ustadz Kobul tampak bingung bagaimana cara menjawabnya. Karena jujur, ia tak memiliki rasa sama sekali dengan sahabat Agni ini.

"Kalau saya boleh jujur, saya menyukai wanita lain."

Senyum di bibir Sabrina seketika hilang, berganti senyum paksa yang ia tampilkan. "Siapa Tadz?"

"Kamu tidak perlu tau siapa dia, tapi kamu mengenalnya."

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang