Dua Puluh

4.1K 188 64
                                    

"Kalo kayak gini fix sih laki lo husband able. Udah ganteng, tajir, sholeh, masih yakin gak bakal suka sama dia?"

–Sabrina–

–Zaujati–

Sabrina langsung berdiri ketika Agni keluar dari kamarnya. Gadis itu keluar diikuti oleh suaminya, Avan. Sabrina menyenggol lengan Agni.

"Lo lama banget sih? Ngapain aja?" bisik Sabrina bernada mengejek.

"Jangan pikir macem-macem lo, udah deh dari pada kepo mending kita berangkat aja. Udah telat nih."

Sabrina berdecak. "Yeh, orang lo juga yang bikin telat."

"Mau saya antar?" tawar Avan.

"Gak usah om, saya bawa mobil," ujar Sabrina.

Agni menyenggol lengan Sabrina. "Am Om Am Om, laki gue masih muda dipanggil om."

"Terus mau dipanggil apa anjir?"

"Panggil saya Avan saja."

"Kurang sopan, pak Avan aja deh."

"Ngelunjak, udah deh ayo berangkat," ujar Agni, melirik Avan. "Gue pamit Ga, assalamualaikum." Mencium punggung tangan Avan.

Sementara Sabrina melotot melihatnya. "Buset dah, ini mah suami istri banget," gumamnya.

"Pamit dulu pak, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Agni dan Sabrina beranjak keluar, tentu saja setelah mendapat izin dari Avan. Keduanya memasuki mobil hitam milik Sabrina, ketika mobil sudah berjalan, Sabrina membuka pembicaraan.

"Anjir, itu beneran laki lo? Ganteng banget! Pantesan lo mau nikah sama dia. Gue tebak pasti lo yang suka sama dia duluan kan? Ah udah ketebak!"

Agni memutar bola matanya malas. "Gue dijodohin, yakali gue suka sama cowok posesif kayak dia."

"Yakin gak suka?" Bernada menggoda.

Agni berdecak. "Udah deh, gue gak bakalan suka sama dia, gue cuma dijodohin sama dia."

"Halah, nanti juga cinta setengah mati."

"Tidak akan pernah!"

Sabrina menyerah, berdebat dengan Agni tak akan ada gunanya. Mobil Sabrina berhenti di tempat parkiran yang disediakan universitas yang dikunjungi keduanya.

Agni dan Sabrina turun dari mobil. Bisa mereka lihat banyak orang berlalu-lalang untuk daftar ulang.

Sabrina melirik Agni. "Udah sana, gue tunggu di Deket mobil."

Agni mengangguk, gadis itu berjalan ke dalam. Langkah Agni terhenti ketika tiga wanita berjalan mendekat, menatap Agni dari bawah sampai atas.

"Eh lo, mau ke kampus atau ke masjid sih? Pake gamis sama jilbab panjang banget," ejek salah satu dari mereka.

"Hamil kali, jadi pake baju besar kek gitu," tambah yang lainnya.

Agni melotot mendengarnya, kemudian melipat tangannya di depan dada. Melirik kedua wanita itu dari bawah sampai atas.

"Ngapain lo lihatin kita kayak gitu?"

Agni menaikkan sudut bibirnya. "Enggak gue cuma kasihan aja sama suami lo nanti, tuh badan diumbar mulu. Mending gak usah pakai baju deh kalau kayak gitu."

Kedua wanita itu melotot mendengarnya. Mereka hanya memakai rok di atas lutut yang ketat, serta crop top.

"Anjing lo!" umpat mereka.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang