Lima puluh

2.4K 121 66
                                    

"Shadaqallahuladzim."

Semua penonton bertepuk tangan ketika seorang anak laki-laki berumur lima tahun selesai melantunkan surat Ar-Rahman dengan merdunya.

Anak laki-laki itu berlari ke arah orang tuanya setelah turun dari panggung. "Amma!"

Agni memeluk anak laki-laki itu dengan erat. Siapa lagi jika bukan Ahmad Gaffi Ghazalah. Tak disangka, anak laki-lakinya itu bisa melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan merdunya di depan banyak orang.

"Amma bangga sama Gappi," ujar Agni, membuat Gaffi tersenyum.

Avan mengelus puncak kepala Gaffi. "Kamu hebat."

"Terima kasih, Amma, Baba."

"Wah, cucu kakek sama nenek pinter ya?" ucap mama Daun yang juga datang bersama papa Ranting, Abi Abdul, dan ummi Flora.

Tentu saja dua pasang kakek-nenek itu hadir di acara spesial cucu pertama mereka. Tak menyangka bahwa Gaffi bisa sehebat itu.

"Kakek ... nenek ... " teriaknya memeluk mama Daun.

Agni dapat melihat Gaffi dengan girangnya tersenyum pada kakek-neneknya. Ia memeluk lengan Avan, menyenderkan kepala ke bahunya.

"Gak nyangka ya, Van. Perasaan baru kemarin Gappi ngomong Baba, Amma. Sekarang udah pinter baca Al-Qur'an, aku aja sampe kalah," ujarnya dengan kekehan di akhir.

Agni mendongak, melirik Avan. "Kamu benar-benar bisa mendidik Gaffi dengan baik."

Avan ikut melirik Agni. "Kamu juga. Aku bangga Gaffi lahir dari rahim kamu."

"Avan! Agni! Kalian ngapain di sana? Ayo!" teriak mama Daun.

Keduanya saling pandang, lalu berlari menuju keluarganya. Lihat saja, Gaffi seperti seorang raja yang sangat dimanja oleh kedua kakek-neneknya.

"Kok dikit banget sih Gaf makannya? Ayo nambah." Mama Daun menambah nasi di piring Gaffi.

"Mah, Gaffi masih kecil. Itu porsi buat orang dewasa," tegur Agni.

Mendengar nenek dan Ammanya bertengkar, Gaffi hanya bisa mendengarkan. Sementara Avan dan lainnya hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Biar kenyang Ag, jangan pelit ke anak sendiri dong."

"Agni bukan pelit mah, tapi kita itu gak boleh berlebihan dalam makanan, secukupnya aja." Melirik Avan. "Bener kan Van?"

Avan hanya tersenyum, dan mengangguk. Mama Daun menatap Agni sinis, sedangkan Agni tersenyum penuh kemenangan.

"Sudah, sudah, jangan berantem. Mending kita makan saja," ujar ummi Flora yang sedari tadi diam.

Mereka melahap makanan dengan tenang, walaupun mama Daun dan Agni sempat bercekcok sedikit. Selesai makan mama Daun dan papa Ranting pamit pulang, karena ada kepentingan mendadak.

Dan kini tersisa Abi Abdul, ummi Flora, Gaffi, Avan, dan Agni. Mereka baru saja sampai di parkiran. Ummi Flora berjongkok.

"Gaffi kesepian gak di rumah?" Gaffi mengangguk. "Mau adik?" Lagi-lagi Gaffi mengangguk.

Ummi Flora melirik Agni dan Avan sekilas, lalu membisikkan sesuatu pada Gaffi. Tak tau apa yang sedang dibicarakan oleh nenek dan cucu ini, Gaffi melangkah mendekati Avan dan Agni.

"Baba, Amma, Gaffi ikut nenek ya." Menarik ujung baju Avan.

Avan dan Agni saling pandang. Agni berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang anak. "Gappi kenapa tiba-tiba mau ikut nenek? Emang enggak kangen sama Amma sama Baba nanti?"

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang