Empat puluh

2.8K 160 59
                                    

Hari ini jadwal up bukan sih?

***

Acara tujuh bulanan Agni telah berlangsung, wanita itu sendiri tak menyangka bahwa kandungannya sudah sebesar itu. Banyak orang-orang berdatangan untuk sekedar mendoakan bayi Agni agar terlahir sehat dan menjadi anak yang sholeh atau sholehah.

Setelah acara singkat itu, Agni kembali ke rumahnya dan Avan. Tak hanya mereka berdua, Sarah juga ikut untuk menjaga Agni. Walaupun nantinya ummi Flora dan mama Daun juga akan bergantian menjaga Agni.

"Sarah, kamu tau gak? Waktu itu kamar ini dipakai Avan buat tidur loh, mana belum ada perabotannya," ujar Agni sambil tertawa.

Saat ini keduanya tengah berada di kamar sebelah. Kamar yang akan ditempati Sarah untuk tinggal di sana. Tentu saja sudah ada perabotan di sini, seperti kasur, lemari, meja, dan kursi.

Tidak mungkin Avan membiarkan Sarah tidur di atas lantai seperti apa yang ia lakukan dulu. Sarah ikut tertawa sambil menata baju-bajunya di lemari.

"Kenapa bang Avan tidur di sini kak?" tanya Sarah, penasaran.

"Jadi, waktu malam habis aku sama Avan menikah kan aku masih kayak kurang suka gitu sama Avan ya kan?

"Nah, aku gak suka tidur sekamar sama Avan. Karena ada dua kamar, aku pikir Avan bisa tidur di sana. Pas malemnya aku mau ambil minum, aku gak sengaja lihat pintu kamar ini kebuka, aku intip aja ya kan?"

"Pas kebuka, aku kaget dong lihat Avan tidur di atas tikar. Ternyata kamar ini belum ada perabotannya. Avan juga gak bilang. Kalau Avan bilang kalau kamar ini belum ada perabotannya mana mungkin aku tega biarin dia tidur di sini. Di atas tikar lagi."

Sarah menutup pintu lemari bersamaan dengan Agni yang menyelesaikan ceritanya. Sarah duduk di sebelah Agni.

"Berarti selama ini bang Avan sabar banget ya?"

Agni mengangguk mantap. "Bahkan aku ngerasa kayaknya aku gak layak banget jadi istrinya dia. Dia sabarnya minta ampun, kayaknya selama ini dia gak pernah deh marah sama aku."

"Ada sih marah, tapi gak sampai bentak-bentak aku. Keren sih dia, bisa tahan sama sifat aku yang absurd," lanjut Agni sambil terkekeh.

Sarah ikut terkekeh. "Jadi sekarang, kak Agni udah cinta sama bang Avan?"

"Bukan cinta lagi, kayaknya aku udah sangat-sangat cinta deh sama Avan. Atau jangan-jangan, aku udah terobsesi sama dia."

Sarah tertawa. "Aku tau sih kak, waktu bang Avan koma aku udah tau kalau kak Agni itu sangat mencintai bang Avan."

"Aku doakan semoga cinta kak Agni dan bang Avan sampai maut memisahkan."

***

"Kak Agni."

Agni menoleh ketika dipanggil oleh Sarah. Adik iparnya itu duduk di sofa sampingnya. Agni mengerutkan kening ketika melihat gadis itu membawa beberapa potongan bengkoang.

"Makan kak," ujar Sarah pada Agni.

Agni menggeleng. "Gue gak suka bengkoang."

"Kenapa?" tanya Avan yang tiba-tiba saja datang, lalu duduk di sebelah Agni. "Bengkoang itu bagus untuk ibu hamil."

Sarah mengangguk membenarkan. "Jadi, ayo kak Agni makan."

Agni melirik Sarah dan Avan secara bergantian, lalu menatap piring berisi bengkoang sambil memanyunkan bibirnya.

"Harus banget?" tanya Agni yang diangguki oleh keduanya.

"Bengkoang bisa membantu pembentukan sistem saraf janin kandungan kamu." Memegang perut Agni. "Bengkoang mengandung folat yang diperlukan untuk membantu pembentukan sistem saraf janin serta mencegah terjadinya cacat otak pada janin," jelas Avan.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang