Hari ini Avan dan Agni tengah berada di rumah sakit untuk memeriksakan kandungan Agni. Karena Agni baru mengetes melalui testpack oleh karena itu ia belum tau sudah berapa bulan ia mengandung.
"Usia kandungannya baru 11 minggu," ujar dokter kandungan itu yang merupakan seorang wanita.
"Lalu bagaimana keadaannya dok?"
Dokter itu tersenyum. "Alhamdulillah, sehat pak. Tapi harus benar-benar dijaga ya. Karena ibunya hamil muda, rentan sekali mengalami keguguran."
Avan mengangguk mengerti. "Saya akan menjaga istri saya dok." Menggenggam erat tangan Agni.
Sang dokter itu tersenyum. "Ini saya berikan beberapa obat untuk ibu hamil, diminum ya Bu."
Agni menerimanya. "Terima kasih dok."
"Kalau begitu kami permisi dok," pamit Avan.
"Pak Avan, bisa kita bicara sebentar?" tanya dokter itu.
Agni menoleh lalu mengangguk, wanita itu pergi dari ruangan itu, menunggu Avan dan sang dokter bicara.
"Ada apa ya dok? Istri saya baik-baik saja kan?" tanya Avan, mulai khawatir.
Sang dokter tampak menghela napas panjang. "Ibu yang hamil di bawah usia 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah, perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi."
"Saya harap pak Avan dapat menjaga istri bapak dengan baik, jangan sampai ia depresi atau mengalami tekanan darah tinggi," lanjutnya, berpesan pada Avan.
Avan mengangguk. "Terima kasih dok, saya akan mengusahakan untuk menjaga istri saya dengan baik. Kalau begitu saya pamit dulu dok, assalamualaikum."
Avan keluar dari ruangan, Avan terkekeh ketika melihat Agni sedari tadi mengelus perutnya. Kini mereka telah sampai di parkiran, tetapi Agni belum juga menyudahi aktivitasnya itu.
"Agni, aku ambil mobil dulu ya."
Agni mengangguk sebagai jawaban. Avan pergi untuk mengambil mobilnya. Agni terus saja mengelus perutnya sambil berkata sesuatu.
"Sayang, cepat keluar ya. Amma enggak sabar lihat muka lucu kamu. Hehe ... pasti muka kamu mirip Amma, ngapain mirip Baba yekan?" Terkekeh geli sendiri.
Baru saja Agni ingin menghampiri Avan, tiba-tiba ada seseorang yang membekapnya hingga menjauh dari tempatnya saat ini.
"Av—hmp.."
***
Avan melajukan mobilnya diatas rata-rata. Lelaki itu mengajak Satria dan Sabrina untuk membaginya mencari Agni. Lelaki itu sangat khawatir terjadi apa-apa dengan Agni atau kandungannya.
Tadi setelah Avan mengambil mobil dari parkiran, ia tak melihat keberadaan Agni di sana. Bahkan tadi ia dibantu satpam untuk mencarinya, namun tidak ditemukan juga.
"Pak Avan, kita cari Agni kemana lagi? Mana sekarang keadaannya lagi hamil lagi," ujar Sabrina, khawatir.
"Van, kita mending berpencar aja deh. Kalau salah satu dari kita ketemu, nanti langsung kabarin aja," usul Satria.
Sabrina mengangguk membenarkan. "Iya pak, biar cepat ketemu. Saya khawatir banget sama Agni."
Avan hanya bisa menghela napas panjang. "Ya Allah, kamu kemana Agni ... "
Drt ...
Ponsel Avan tiba-tiba bergetar. Ia mengerutkan kening ketika melihat deretan nama tak dikenal menelponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAUJATI
Teen Fiction-Ana uhibbuki fillah, Zaujati- "Apa bisa anda menjamin jika saya menikah denganmu, saya akan mendapat surganya Allah?" "Saya hanya wajib membimbingmu dan berusaha membahagiakanmu, surgamu memang ada padaku, dan itu pun jika kamu taat kepadaku." Agni...