Sore ini Agni meminta ustadzah Nanik untuk menemaninya membeli perlengkapan di super market terdekat. Baru saja keduanya ingin berangkat, tiba-tiba ustadzah Naya datang membuat Agni memutar bola matanya malas.
"Assalamualaikum, ustadzah Nanik, ada pekerjaan yang harus ustadzah selesaikan," ujar ustadzah Naya.
"Waalaikumsalam," balas ustadzah Nanik, lalu melirik Agni. "Tapi saya ingin menemani Ning Agni untuk berbelanja, apakah tidak bisa ditunda?"
"Tidak bisa ustadzah, harus sekarang," ucap ustadzah Naya, wanita itu melihat ustadz Kobul sedang lewat, langsung saja ia memanggilnya. "Ustadz Kobul!"
Ustadz Kobul menoleh, ia berjalan menghampiri ustadzah Naya, ustadzah Nanik, dan Agni yang tadi memanggilnya.
"Assalamualaikum, ustadzah Naya ada apa memanggil saya?"
"Waalaikumsalam, saya boleh minta tolong? Tolong antarkan Ning Agni ke supermarket. Karena ustadzah Nanik ada keperluan, apakah ustadz bisa?"
Ustadz Kobul melirik Agni yang kini sedang menatapnya. "Tapi ustadzah, Gus Avan-"
"Tadi ustadzah Nanik sudah izin dengan Gus Avan, benarkan ustadzah?" Potong ustadzah Naya.
"Udah deh, ribet. Saya sendiri aja deh," ujar Agni.
"Ning Agni, tadi saya sudah diamanahi oleh Gus Avan untuk menjaga Ning Agni. Saya tidak bisa membiarkan Ning Agni pergi sendirian," ucap ustadzah Nanik, mencegah Agni untuk pergi sendiri.
"Baiklah saya akan mengantar Ning Agni menggunakkan mobil pesantren," putus ustadz Kobul.
"Yakin ustadz?" tanya Agni yang diangguki ustadz Kobul.
Jujur Agni sempat bimbang dengan keputusan ini, tapi mau bagaimana lagi? Perlengkapan yang akan Agni beli itu sangat ia butuhkan, apalagi ustadzah Nanik sedang ada pekerjaan.
"Mari Ning," ajak ustadz Kobul.
Agni mengangguk dan menaiki mobil di bangku belakang, sementara ustadz Kobul berada di depan untuk menyetir. Setelah kepergian ustadzah Naya tersenyum senang. Ustadzah Nanik yang melihatnya pun curiga.
"Ustadzah Naya tidak sedang merencanakan sesuatu kan?" tanya ustadzah Nanik.
Ustadzah Naya hanya tersenyum. "Mari ustadzah, sudah ditunggu Bu Nyai."
***
Avan berjalan bolak-balik di ruang tamu sambil berusaha menelpon seseorang. Siapa lagi jika bukan menelpon Agni? Sudah jam sebelas malam, namun ia belum juga pulang.
Warga ndalem seperti Abi Abdul, ummi Flora, Sarah, Elang, dan Dara ikut khawatir. Sarah sudah mendatangi ustadzah Nanik karena Avan bilang Agni pamit pergi bersama ustadzah Nanik.
Namun, ketika Sarah menanyakan hal itu, ustadzah Nanik malah menjawab bahwa Agni pergi bersama ustadz Kobul karena ustadzah Nanik ada urusan.
Tentu Avan khawatir Agni berpergian bersama selain mahram sampai larut malam seperti ini. Avan kecewa, seharusnya Agni mengabarinya jika akan pergi bersama ustadz Kobul.
Setidaknya ia akan meminta Sarah atau santriwati lain untuk menemaninya agar tidak berdua saja bersama ustadz Kobul.
"Sudah ada kabar dari Agni?" tanya ummi Flora.
Avan menggeleng. "Belum ummi."
Ummi Flora hanya bisa menghela napas berat.
"Bagaimana jika kita mencarinya saja?" usul Elang.
Avan mengangguk. "Ayo kita cari."
Elang dan Avan mencari Agni ke supermarket terdekat, tetapi belum juga menemukannya setelah setengah jam mencari.
Beberapa supermarket terdekat juga kelihatan tutup, mungkin karena sebab itu Agni dan ustadz Kobul mencari supermarket lain. Namun, mengapa sampai tengah malam seperti ini?
Avan memukul stir mobilnya. "Agni ... dimana kamu?"
***
Agni menghela napas berat, wanita itu berulang kali mengecek jam tangannya. Ia tak bisa mengabari Avan karena ponselnya mati, terlebih ustadz Kobul juga tidak membawa ponselnya.
Saat ini keduanya sedang terjebak macet. Entah kenapa hari ini sial menimpa Agni. Mulai dari supermarket terdekat yang tutup jadi keduanya mencari supermarket yang lain dan lebih jauh dari kawasan pesantren.
Lalu mobil pesantren yang tiba-tiba saja bocor, bensin juga habis, ketika ingin ke bengkel pun jaraknya cukup jauh hingga keduanya harus meminta bantuan orang untuk mendorong, untungnya Agni membawa uang lebih untuk ongkos mereka.
Dan sekarang macet? Sudah lebih dari tiga jam Agni menunggu, tetapi belum juga jalan. Kenapa juga tengah malam begini jalanan macet, aneh.
"Kapan selesainya sih, pasti Avan di rumah nungguin," gumam Agni yang didengar oleh ustadz Kobul.
"Afwan Ning Agni, karena tadi mobil mogok dan supermarket tutup, Ning Agni jadi pulang telat," ujar ustadz Kobul merasa bersalah.
Agni menghela napas. "Bukan salah ustadz Kobul kok, memang hari saya aja yang sial."
Ustadz Kobul hanya diam, ia sesekali melirik Agni dari kaca mobil. Namun, lalu ia beristighfar.
"Astaghfirullahalazim."
***
Avan dan Elang pulang dengan raut wajah lesu. Avan langsung melihat jam dinding ketika sampai. Jam dua malam, namun belum ada tanda-tanda Agni pulang.
Abi Abdul, ummi Flora, Sarah, dan Dara langsung menghampiri keduanya. Dari raut wajahnya mereka langsung mengerti bahwa keduanya belum juga menemukan keberadaan Agni dan ustadzah Kobul.
Ummi Flora terduduk lemas. "Ya Allah, kemana menantu hamba?"
Sarah dan Dara ikut duduk, mereka mengelus bahu ummi Flora, menenangkannya. Avan ikut terduduk, menghela napas panjang.
Elang mengusap punggung Avan. "Saya yakin Ning Agni akan segera pulang."
Avan mengangguk lemah. "Semoga."
Tok ... tok ...
Semua orang menoleh pada pintu yang diketuk berkali-kali oleh seseorang. Avan langsung berjalan mendekat, siapa tau itu adalah Agni.
Avan mengerutkan kening ketika melihat ustadzah Naya berada di depan pintu dengan napas ngos-ngosan.
"Ustadzah Naya."
Ustadzah Naya berusaha menetralkan napasnya. "Assalamualaikum Gus."
"Waalaikumsalam, ada apa kamu malam-malam di kawasan ndalem?" tanya Avan, karena tak biasanya warga pesantren berada di kawasan ndalem tengah malam seperti ini, untuk apa juga.
"It-itu ... Ni-Ning Agni ... "
"Ada apa dengan Agni?" bernada khawatir.
"Ning Agni sudah pulang."
"Sekarang dimana dia?"
"Di gerbang Gus."
Avan langsung berlari ke gerbang pesantren diikuti oleh warga ndalem beserta ustadzah Naya.
Lelaki itu bisa melihat ada mobil hitam yang jelas milik pesantren berada di depan gerbang. Ia melirik satpam yang masih tertidur di depan gerbang. Avan menghampirinya.
"Assalamualaikum, pak Joko, bisa berikan kunci gerbang pada saya?"
Ucapan Avan membuat pak Joko-satpam pesantren bangun. Ia langsung menyerahkan kunci gerbang pada Avan.
Avan membuka gerbang dengan cepat, ia berlari menuju mobil hitam yang ditumpangi Agni dan ustadz Kobul. Avan terkejut ketika melihat keduanya dari kaca jendela mobil.
"Astaghfirullah, ustadz Kobul, Ning Agni."
***
Konflik dimulai ygy.
Part hari ini sedikit ya? Gpp besok dibanyakin.
Purbalingga, 18 November 2022

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAUJATI
Teen Fiction-Ana uhibbuki fillah, Zaujati- "Apa bisa anda menjamin jika saya menikah denganmu, saya akan mendapat surganya Allah?" "Saya hanya wajib membimbingmu dan berusaha membahagiakanmu, surgamu memang ada padaku, dan itu pun jika kamu taat kepadaku." Agni...