Tiga puluh satu

3.6K 228 86
                                    

Sudah lima belas menit Agni keluar masuk kamar mandi. Entah kenapa hari ini wanita itu mual dan muntah, papa Ranting dan mama Daun ikut khawatir dengan keadaan putrinya. Dan kini, Sabrina sedang menemani Agni di kamarnya.

"Kamu tau tidak apa yang terjadi pada Agni?" tanya papa Ranting pada Sabrina.

Sabrina menggeleng. "Saya tidak tau om."

"Dia habis makan apa mungkin?"

Lagi-lagi Sabrina menggeleng. "Habis pulang kuliah kita langsung ke rumah om karena Agni terus muntah-muntah."

"Apa mungkin masuk angin?" gumamnya.

Tak lama, Agni keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnnya. Wanita itu baru saja muntah setelah sekian banyak kali.

"Lo gak papa Ag? Mau ke rumah sakit?" tanya Sabrina, membantu Agni untuk duduk.

Agni geleng kepala. "Enggak usah, paling cuma masuk angin."

"Agni, kapan kamu terakhir kali haid?" tanya mama Daun tiba-tiba.

Agni menatap ke langit, mencoba berpikir. "Kira-kira dua bulan lalu."

Mama Daun tersenyum, mengerti mengapa sang anak muntah-muntah. Ia melirik Sabrina.

"Sab, Tante minta tolong beliin testpack."

"Testpack?" beo Sabrina, lalu beberapa detik kemudian ia mengerti. "Ohh .. iya Tan, sebentar ya."

"Tunggu, kayaknya di koper ada deh," ujar Agni.

Mata Sabrina membola. "Lo udah sedia testpack?" Membuka koper milik Agni, matanya semakin membola ketika melihat ada satu kresek testpack di dalamnya. "Lo beli sampai sebanyak ini?"

"Ummi Flora yang beli, gak tau gue sampai sebanyak itu," jelas Agni.

Sabrina mengangguk mengerti. Ya siapa yang tidak heran melihat beberapa banyak alat test kehamilan itu berada di koper Agni, bahkan tadi mama Daun dan papa Ranting sempat terkejut.

"Nih." Memberikan satu testpack.

"Tunggu." Mama Daun mengambil dua alat test kehamilan itu, memberikannya pada Agni. "Tiga-tiganya langsung, biar yakin."

Agni hanya menurut, ia kembali ke kamar mandi untuk mengeceknya. Beberapa menit menunggu, Agni akhirnya keluar. Ia lalu memberikan ketiga testpack itu pada mama Daun.

"Agni hamil mah."

Ketiganya menunjukkan garis dua, itu artinya Agni benar-benar hamil. Mama Daun langsung memeluk Agni erat diikuti oleh papa Ranting.

"Sebentar lagi papa akan menjadi kakek, aku akan menghubungi Abdul dan Flora, mereka pasti senang," ujar papa Ranting beranjak keluar.

Mama Daun melepas pelukannya. "Sebentar lagi mama akan menjadi nenek, terima kasih ya nak."

Giliran Sabrina yang memeluk Agni. "Gue ikut bahagia Ag! Bentar lagi gue bakal punya keponakan lucu."

Sabrina melepaskan pelukannya. "Gue harap lo bisa lebih dewasa lagi. Inget, bayi yang ada di kandungan lo memerlukan sosok ayah."

***

Avan menyetir dengan hati gembira, akhirnya Agni mau juga untuk pulang bersamanya. Ya apalagi? Agni mau pulang karena janin yang ada di kandungannya. Walaupun wanita itu belum memberitahu suaminya.

"Aku senang kamu mau pulang bersamaku," ujar Avan.

Agni melirik Avan jengah. "Aku emang mau pulang sama kamu, tapi perlu diingat bahwa aku masih marah!"

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang