Empat puluh empat

2.9K 176 6
                                        

Hari ini Agni sudah boleh diperbolehkan pulang. Kini Avan dan Sarah tengah membantu Agni untuk membereskan baju-bajunya, sementara Agni sendiri sedang duduk di atas brankar dengan baby Gaffi dipangkuannya.

"Udah semua?" tanya Agni yang melihat Avan menutup tasnya.

"Sudah," balas Avan.

"Sarah, makasih ya udah bantu aku juga. Jadi ngerepotin."

Sarah tersenyum. "Enggak papa kok kak, enggak ngerepotin kok."

"Ayo, ummi, Abi, dan warga pesantren sudah menunggu kita," kata Avan membuat kening Agni berkerut.

"Kita mau ke pesantren?"

Avan mengangguk. "Tiga hari lagi acara aqiqah Gaffi yang akan diadakan di pesantren. Makannya, ummi dan abi menyuruh kita untuk tinggal di pesantren saja."

"Sebenarnya menurut para ulama waktu pelaksanaan aqiqah yang paling baik adalah pada hari ke-7 semenjak hari kelahiran. Namun,  jika berhalangan karena sesuatu dan lain hal, aqiqah dapat dilaksanakan pada hari ke-14 atau hari ke-21."

"Karena setelah seminggu Gaffi lahir kamu baru sadar, jadi kita mengadakan aqiqah pada hari ke-14 atau setelah dua Minggu Gaffi lahir."

Penjelasan Avan membuat Agni mengangguk mengerti. Agni jadi merasa bersalah, karena dirinya tak sadar putranya jadi terlambat acara aqiqah.

"Kamu tidak perlu merasa bersalah, lagi pula aqiqah Gaffi masih bisa dilaksanakan setelah dua Minggu kelahiran Gaffi," ujar Avan seolah tau bahwa Agni merasa bersalah.

Bagaimana tidak tau? Dari raut wajah Agni ketika menatap baby Gaffi saja, sudah sangat menjelaskan bahwa ia merasa bersalah.

"Maaf Avan."

"Tidak apa-apa. Sekarang, ayo kita pergi."

***

Hari ini adalah acara yang paling ditunggu-tunggu oleh warga pesantren. Acara aqiqah cucu pertama kyai mereka, sekaligus penerus pesantren Al-Barokah generasi selanjutnya.

Acara diawali dengan memotong dua hewan kambing karena Agni melahirkan anak laki-laki. Dilanjut para santriwati memasaknya untuk dibagikan ke warga pesantren.

Selain itu mereka mencukur rambut sang bayi, lalu bersedekah seberat rambut yang dicukur dengan emas atau perak. Setelah itu memberi nama dan mendoakan bayi.

"Gappi sekarang gundul, iya?" ujar Agni, berbicara pada baby Gaffi.

Avan terkekeh melihatnya. "Tidak apa apa gundul, yang penting putra Baba masih ganteng."

"Iyalah ganteng, kan Gappi anak Amma."

Di sisi lain, Satria baru saja datang di acara aqiqah Gaffi. Tak sengaja, matanya melirik pada seorang perempuan berhijab yang duduk sendirian.

Ketika berjalan mendekat, Satria terkejut ketika tau bahwa perempuan itu ternyata adalah Sabrina. Sabrina sekarang sudah memakai hijab?

Ah, sungguh! Sabrina semakin cantik ketika memakai hijab seperti itu. Aura cantiknya semakin terpancar.

"Sab."

Sabrina menoleh, mendapati ada Satria di sebelahnya. "Eh, Sat."

Satria duduk di samping Sabrina. "Lagi lihatin apa sih?"

"Dia yang gak pernah bisa balas perasaan gue, dengan rasa yang sama."

Satria terdiam. Mendengarkan Sabrina bicara tanpa mau memotongnya.

Sabrina tersenyum getir. "Gue bodoh ya? Masih aja suka sama cowok yang udah mau nikah sama cewek lain."

Satria mengerutkan kening. Sebenarnya siapa yang Sabrina maksud? Setahu Satria, cowok yang Sabrina sukai hanyalah ustadz Kobul.

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang