Enam

3.9K 186 72
                                    

"Kalau kalian memang jodoh, sekuat apapun kak Agni batalin pernikahan. Pasti akan terjadi juga."

-Zaujati-

Agni beberapa kali menguap sambil menuruni anak tangga, karena kerongkongannya kering maka dari itu Agni keluar kamar untuk mengambil air.

Agni bisa melihat lampu di dapur menyala, tidak biasanya lampu di sana menyala. Agni berjalan mendekat, ternyata ada Dara yang sedang duduk melamun di meja dapur.

Agni mengerutkan kening, kenapa kakaknya melamun di tengah malam seperti ini?

"Kak," panggil Agni. "Ngapain?" tanya dia sambil menuangkan air ke gelas.

Dara menggeleng. "Cuma pengin duduk aja."

Agni duduk di sebelah Dara sambil meminum air. Dara menoleh, menatap adiknya.

"Kenapa lihatin gue kak?" tanya Agni yang sudah minum air hingga tandas.

"Lo kenapa mau nikah sama Avan?"

Pertanyaan Dara membuat Agni terdiam, bagaimana cara menjawabnya? Agni saja bingung kenapa sampai menerima lamaran Avan.

"Agni, kenapa gak jawab? Apa jangan-jangan lo dipaksa ya sama mama, papa?"

Agni menghela napas berat. "Jujur nih kak, kalo dibilang terpaksa, ya memang sih gue terpaksa banget! Tapi, kalo dipaksa mama, papa. Jawabannya enggak."

"Jadi intinya, lo gak mau nikah sama Avan?"

Agni menggeleng. "Avan itu orangnya alim banget kak, belum jadi suami aja posesif nya minta ampun."

Dara tersenyum mendengarnya, jadi ada sedikit peluang dirinya memiliki Avan. Karena nyatanya, keduanya sama-sama saling tidak suka.

"Kenapa kakak tanya-tanya kayak gitu?"

Dara menggeleng. "Kakak cuma mau tanya aja, udah tidur gih, kakak juga udah ngantuk."

Dara melangkah pergi menuju kamarnya, sementara Agni hanya diam di tempat. Masih mencerna baik-baik ucapan kakaknya.

"Sebenernya apa maksud kak Dara?"

***

Siang ini Agni bersama Dara, Sarah, ummi Flora, dan mama Daun sedang memilih gaun pernikahan untuk Agni. Keempatnya tampak antusias memilih, namun yang mau menikah malah dari tadi melamun.

Agni masih memikirkan ucapan Dara semalam. Entah mengapa Agni jadi kepikiran seperti ini, rasa-rasanya Dara telah mengatakan sesuatu secara tidak langsung.

Gadis itu harus bercerita pada seseorang, jika tidak pikiran itu hanya akan menjadi beban dan Agni pasti akan sakit hanya karena memikirkan hal itu.

Agni melirik Sarah, dia gadis yang bijaksana dan kelihatannya bisa dipercaya. Sepertinya Agni harus bercerita pada Sarah, siapa tau setelah Agni cerita, beban pikirannya akan berkurang.

"Ummi, Agni boleh ajak Sarah cari makan nggak? Sebentar aja, soalnya Agni laper," izin Agni sambil nyengir.

Ummi Flora tersenyum. "Boleh dong sayang, maaf ya kalau sama kami harus pilih-pilih dulu, jadinya lama. Kamu pasti juga bosen ya?"

Agni hanya mengangguk sambil nyengir.

"Yasudah sana, hati-hati ya."

"Siap ummi!" Mengambil posisi hormat. "Sarah ayo." Menggandeng tangan Sarah, membawanya keluar.

"Sarah pergi dulu ummi, assalamualaikum," salam Sarah dengan tangan yang sudah ditarik oleh Agni.

Ummi Flora dan mama Daun hanya bisa geleng-geleng kepala. "Waalaikumsalam."

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang