Dua puluh lima

3.7K 210 63
                                    

Avan baru saja selesai sholat isya dan mengaji di kamar, lelaki itu hendak menghampiri Agni yang berada di asrama putri.

Tadi Agni meminta izin pada Avan untuk ke asrama putri bersama Tsurayya, tentu saja Avan mengizinkannya. Mengingat gadis bernama Tsurayya adalah juga teman Sarah, maka Avan percaya bahwa ia dapat menjaga Agni dengan baik.

Ketika Avan baru saja membuka pintu, ia mendapati ustadz Kobul sudah berada di depan pintu ndalem hendak mengetuknya.

"Assalamualaikum Gus."

"Waalaikumsalam."

"Gus, saya—"

Ucapan ustadz Kobul terhenti saat kedatangan ustadzah Naya bersama seorang lelaki paruh baya yang diyakini adalah ayah dari ustadzah Naya sendiri, membuat Avan mengerutkan kening.

"Assalamualaikum Gus," salam lelaki tua itu. "Saya ingin bicara sesuatu, apakah Bu nyai dan pak kyai ada di dalam?"

"Waalaikumsalam," balas Avan, lalu mengangguk. "Ummi dan Abi ada di dalam, silahkan masuk." Melirik ustadz Kobul.  "Sebaiknya anda masuk juga ustadz Kobul."

Ustadz Kobul mengangguk, menuruti ucapan Avan. Ketiganya masuk ke ndalem, kali ini Avan gagal menjemput Agni di asrama putri.

Ummi Flora dan Abi Abdul keluar setelah Avan memanggil. Keduanya terkejut tiba-tiba saja orang tua ustadzah Naya datang. Mereka dipersilahkan untuk duduk.

"Kalau boleh kami tau, apa urusan anda kemari ya?" tanya ummi Flora, masih bingung.

Ayah ustadzah Naya melirik putrinya sekilas. "Sebelumnya saya ingin meminta maaf, saya tau bahwa Gus Avan sudah mempunyai istri. Tetapi, bukankah dalam Islam boleh melakukan poligami?"

"Karena anak saya sudah menyukai anda sejak lama, maka saya ingin memberanikan diri untuk melamar Gus Avan untuk putri saya, Naya."

Tentu saja semua kaget mendengar hal itu. Mereka tak mengira ustadzah Naya akan melakukan hal senekat itu. Ditambah orang tuanya mendukung keputusannya.

"Bapak sadar dengan ucapan bapak?" tanya Abi Abdul.

Lelaki tua itu mengangguk. "Saya sepenuhnya sadar. Saya tau, pasti Gus Avan mampu membahagiakan putri saya."

Ustadzah Naya mengangguk. "Saya menyukai Gus Avan sejak lama, perasaan yang sudah saya pendam selama bertahun-tahun berada di pesantren ini."

"Saya lihat Ning Agni belum siap menjadi seorang istri, usianya juga masih terbilang cukup muda untuk membangun sebuah rumah tangga. Oleh karena itu saya ingin membantunya untuk membangun rumah tangga bersama."

"Memang ustadzah Naya yakin mendapat kasih sayang dari Avan?"

Ucapan seseorang membuat semua yang berada di sana menoleh. Avan melirik sang empu, lengkungan senyum tercipta di bibir lelaki itu. Siapa lagi jika bukan Agni?

Agni berjalan mendekat. "Ustadzah Naya enggak laku ya sampai minta dinikahin suami saya?"

Ucapan Agni membuat tangan ustazah Naya terkepal. Sementara ustadz Kobul tersenyum, Agni selalu bisa membuat lawan bicaranya kicep.

"Maksud saya, saya ingin mem—"

"Membantu saya untuk membangun rumah tangga? Maksud ustadzah jadi pembantu?"

"Agni ... "

Agni berdesis. "Sst! Diem dulu." Gadis itu beralih menatap ustadzah Naya dari atas sampai bawah. "Ustadzah Naya kan cantik, pinter, sholehah banget! Kenapa gak cari cowok yang single aja untuk dijadikan suami? Kenapa malah minta dinikahin sama suami orang?"

ZAUJATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang