Chapter 1

14.4K 273 0
                                    

Happy Reading


Bunyi langkah kaki seseorang mengalihkan atensi orang-orang yang berkumpul di meja makan guna bersiap untuk sarapan. Gadis muda itu mendapat gelengan dari sang mama karena baru menampakkan batang hidungnya ketika makanan sudah tersaji rapi. Seharusnya anak gadis bangun pagi dan membantu menyiapkan sarapan.


"Tuan putri udah bangun ternyata" sindiran itu keluar dari nyonya di rumah ini. Dia Aruna tama, tak lain dan tak bukan adalah mama Lea dan Ayyara.

"Terus kenapa kamu gak pake baju sekolah? Mau bolos kamu?" sarkas Arun melihat anak bungsunya hanya mengenakan baju rumahan.

"Mama lebay deh, gak mungkin Ayyara tinggalin kak Lea yang baru nikah. Sentar Siang kan kak Lea udah pergi ke rumah barunya jadi Ayyara izin dulu ke sekolah" jawab Ayyara setelah duduk di salah satu kursi yang tersisa.

"Iya kan pah?" Ayyara meminta mendapat ayahnya yang selalu memihaknya.

"Iya sayang.." jawab Ervanu adnanda  tama, ayah dari Lea dan Ayyara. Senyum Ayyara merekah mendapat pembelaan dari tuan di rumah ini.

"Terserah kamu lah. Makan sekarang. Kasihan kakak kamu dan kakak ipar kamu udah nunggu dari tadi"

Ucapan Arun membuat Ayyara tersadar jika ada orang baru di rumah ini. Gadis itu menampilkan deretan giginya kepada mereka. Lea hanya tersenyum sudah terbiasa dengan kelakuan adiknya sementara Nathan tidak mengekspresikan apa-apa. Lebih tepatnya datar, entah apa dipikiran cowok itu.

Kemudian sarapan pun berlangsung khidmat. Tidak ada yang memulai pembicaraan selama menikmati sajian pagi ini.

*****

"Susah banget sih. Mama sih nyimpannya tinggi banget" gerutu Ayyara kesal karena kesusahan mengambil susu kesukaannya tersimpan di lemari tinggi.

Segala usaha berusaha ia coba guna menggapai lemari itu tapi tetap saja tidak bisa bahkan membukanya lemari itu saja tidak bisa. Nasib memiliki tinggi 156 cm, pergerakannya terbatas. Ayyara menghela nafas pasrah, mungkin malam ini ia tidak akan menikmati minuman kesukaannya itu. Ayyara berbalik, bersiap kembali ke kamarnya.

"Ehhh!!" kaget Ayyara melihat seseorang berdiri di belakangnya. Gadis itu mengusap dadanya berusaha menetralkan keterkejutannya.

"Kak Nathan, ngapain berdiri di situ?"

"Haus" jawab Nathan singkat lalu berjalan mendekati kulkas guna mengambil air minum.

Ayyara hanya ber oh ria saja. Berniat kembali melanjutkan langkahnya namun harus terhenti ketika Nathan memanggilkanya.

"Ayyara"

"Iya kak?" Ayyara berbalik menatap kakak iparnya itu yang hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek, terlihat lebih tampan dan tentumya terlihat seperti anak remaja belum menikah.

"Bisa kamu buatkan saya kopi?"

Ayyara terdiam sesaat. Buat apa menyuruhnya, kan ada kakaknya yang lebih pantas membuatkan lelaki itu kopi.

"Emang kak Lea mana?" tanya Ayyara.

"Udah tidur, gak tega bangunin dia" jawab Nathan masih dengan wajah datarnya. Lagi-lagi Ayyara hanya ber oh ria saja. Sudah pukul 11 malam jadi wajar saja jika kakaknya itu sudah nyenyak dengan tidurnya.

"Yaudah Ayyara buatin. Kak Nathan tunggu di meja aja" ucap Ayyara seraya berjalan menuju kompor. Kalau masalah buat kopi Ayyara mah sudah terbiasa, biasa ia lakukan untuk papah tersayangnya. Tangannya mulai cekatan menyiapkan kopi untuk kakak iparnya itu.

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang