Chapter 9

7.2K 174 1
                                    

Happy reading


Ayyara keluar dari toilet setelah seragamnya sedikit kering, setidaknya tidak membuatnya kedinginan atau sampai membuatnya masuk angin, pasalnya hampir seluruh seragamnya terkena air. Dan satu lagi, tidak membuat baju dalamnya tercetak.

Ayyara mempercepat langkahnya kala menyadari Reagan sudah terlalu lama menunggunya.

Bruk

"Awhh"

Apa lagi ini. Karena tidak terlalu fokus pada jalan, Ayyara menabrak sesuatu di depannya. Tangannya bergerak mengusap dahinya yang terasa sakit. Tanpa sengaja matanya menangkap sepasang sepatu pantofel branded di hadapannya, kepalanya terangkat untuk melihat pemilik sepatu berkilau itu.

Betapa terkejutnya melihat orang yang di berdiri di depannya, jangan lupakan muka datar itu membuat Ayyara rasanya ingin mencakar wajah tampan itu. Bukannya meminta maaf karena sudah membuat dahinya sakit, laki-laki itu malah tidak mengatakan apa-apa dengan gaya coolnya. Dan sialnya itu terlihat sangat tampan di matanya.

Karena masih kesal dengan kakak iparnya itu, Ayyara berniat pergi meninggalkan Nathan. Namun baru selangkah Nathan menahan pergelangan tangannya.

"Jangan pegang-pegang Ayyara" sentaknya melepaskan tangannya dari cekalan Nathan.

"Kamu masih marah?" Nathan bertanya.

"Jelaslah, pake nanya lagi" jawab Ayyara tidak santai. Memalingkan wajahnya, ogah melihat wajah tampan itu.

Ayyara tersentak ketika merasakan ada yang menyentuh pundaknya, Gadis itu menoleh, menemukan jas nangkring di atas pundaknya, Ayyara mendongak melihat Nathan sang pelaku.

"Biar kamu gak kedinginan" tutur Nathan pelan.

"Gak usah, Ayyara gak butuh" Ayyara berusaha melepaskan jas yang bertengger di pundaknya namun Nathan lebih dulu menahannya.

"Jangan keras kepala Ayyara, lihat hampir seluru bajumu basah, kalo kamu sakit gimana?"

"Gak usah lebay deh, cuma basah dikit doang lagian juga udah kering" tukas Ayyara.

"Aku melakukan ini karena aku khawatir sama kamu"

Sejenak Ayyara bungkam, bibir nya terasa berat untuk berkata lagi mendengar ucapan Nathan. Apa kata laki-laki itu? Mengkhawatirkannya? Cih.

"Gak usah sok khawatir" ucap Ayyara setelahnya.

"Nurut Ayyara! Itu lebih baik"

"Gak mau, kak Nathan gak berhak atur-atur Ayyara"

Nathan berdecak, kesabaran akan habis jika terus meladeni gadis kecil di hadapannya ini. Nathan tidak peduli lagi dengan bantahan gadis itu, lelaki itu langsung menarik tangan Ayyara pergi.

"Menurut atau aku akan bersikap kasar padamu" tekannya msmbuat Ayyara membisu mendengar nada tajam Nathan.

******

Ayyara berubah bak anijing penurut, tidak membantah lagi ketika Nathan mengajaknya pulang, meskipun gadis itu masih kesal dengan lelaki itu, Ayyara tetap mengikut karena malas berdebat.

Terpaksa Ayyara juga harus berbohong kepada Reagan kalau Zela dan Lintang sudah menunggunya di rumah jadi harus pulang lebih cepat. Terdengar tidak masuk akal, tapi Reagan percaya-percaya saja.

"Apa kamu lapar?" Nathan bertanya memecah kesunyian di dalam mobil.

"Gak"

"Atau kamu mau jalan-jalan dulu?"

AFFAIR (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang